Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah,terimakasih atas jawaban yg telah diberikan sehingga tidak ada keraguan lagi bagi kami.Dan selanjutnya kami ingin bertanya sbb.
Apakah betul mengucapkan kata Sayidina dalam shalat(tasyahud awal/akhir) tidak boleh, Yang boleh dan benar diucapkan hanya diluar shalat.
Terima kasih.
Majlis Zikir Al Ikhlas Jelojok Lombok Tengah NTB.
FORSANSALAF menjawab :
Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Menyertakan kalimat “SAYYIDINA” dalam sighat shalawat atas Nabi ketika shalat tidak membatalkan shalat bahkan sebaliknya mayoritas ulama seperti Ibn Dhahirah, Ibn Hajar, al-Kurdi, az-Zayadi, al-Halibiy dan lainnya menyatakan bahwa menyertakannya dalam sighat shalawat lebih utama daripada meniadakannya. Adapun hadits Rasulullah SAW dalam tatacara bershalawat berikut :
عَنْ أَبِي سَعِيدْ اَلْخُدْرِي قَالَ : قُلْنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ هَذَا السَّلاَمُ عَلَيْكَ فَكَيْفَ نُصَليِّ عَلَيْكَ ؟ قَالَ ( قُوْلُوا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَباَرِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَآلِ إِبْرَاهِيْمَ )
Dari Abi Sa’id alkhudri berkata :” kami berkata kepada Rasulullah :” wahai Rasulullah, ini adalah salam untukmu, lalu bagaimana cara kami bershalawat kepadamu ?”, maka Rasulullah berkata :” ucapkanlah :اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا باَرَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمْ
, jika kita melihat hadits di atas, kita ketahui bahwa Rasulullah memerintahkan bacaan shalawat dengan tanpa menyertakan kalimat “SAYYIDINA”. Hal ini akan memberikan kesan bahwa para ulama’ yang berpendapat lebih utama bershalawat dengan menyertakan kalimat “SAYYIDINA” itu tidak melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Mereka berpendapat demikian mendasarkan pada “sulukul adab khoirun min imtitsalil amri” (adab kepada Rasulullah (dengan memanggil yang lebih mulia) adalah lebih utama daripada melaksanakan perintah beliau).Namun sebagian ulama’ lainnya seperti alhabib Abdullah bin Alawi Al-Haddad mendasarkan pada “imtitsalul amri khoirun min sulukil adab” (melaksanakan perintah Rasulullah lebih utama daripada memperhatikan adab), sehingga mereka menyatakan bershalawat dengan tanpa menyertakan kalimat “SAYYIDINA” itu lebih utama daripada dengan menyertakannya. [1]
Adapun riwayat hadits yang dijadikan hujjah larangan mengucapkan kalimat “SAYYID” kepada Rasulullah oleh sebagian golongan adalah tidak benar dan batil. Hadits yang mereka maksudkan adalah :
{ لاَ تُسَيِّدُونِي فِي الصَّلاَةِ }
“ janganlah kalian mengucapkan kalimat “sayyid” kepadaku”
Hadits ini tidak memiliki dasar sama sekali, bahkan dalam segi bahasa
termasuk kesalahan fatal yang tidak mungkin diucapkan oleh Nabi sebagai
paling fasihnya orang arab dalam bertutur kata. Hal ini dikarenakan
kalimat “sayyid“ berasal dari kata “ سَادَ –
يَسُوْدُ “ , yang seharusnya ketika menginginkan makna seperti dalam
hadits, maka dengan redaksi “ لاَ تُسَوِّدُوْنِي “ dan bukanlah dengan “
لاَ تُسَيِّدُونِي “ . Oleh karena itu, pernyataan ini tidak bisa
dijadikan hujjah pelarangan memanggil “sayyid” kepada Rasulullah SAW. [2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar