Debat Lucu Ahlussunnah VS Salafy Wahabi
27 Februari 2010
Agar tidak tegang terus menerus menghadapi problem yang serius, bagaimana cara mengatasinya?
Biasanya kami bercanda lucu-lucuan, maka kendorlah urat saraf kami.
Sebagaimana kami tadi membaca posting terbaru dari Abu Salafy yang lucu
banget, tentang anekdot akidah Salafy Wahabi. Lucu, sebab kami baru tahu
ternyata ada hadits yang bunyinya kayak gitu. Seorang teman kami mempraktekkan duduk-Nya, menumpangkan kaki yang satu di atas kaki yang satunya. Karena praktek duduknya yang sangat lucu, kami jadi tertawa terpingkal-pingkal. “Hei, istighfar, istighfar….” Nah, di bawah ini ada juga 13 aneh(k)dot dari perdebatan antara Salafy Wahabi VS Ahlussunnah. Ini memang murni lucu-lucuan, tapi walaupun sekedar humor, menurut kami tetap memiliki kekuatan lebih dari sekedar humor biasa. Anekdot ini kami ambil dari Website Daarul Mukhtar Org di url:
http://www.daarulmukhtar.org/index.php?option=com_content&task=blogsection&id=0&Itemid=27
Selamat mengikuti anekdot ini, dan awas, jangan tegang terus, ah….?
SEKELUMIT ANEKDOT PERDEBATAN
Wahabi & Salafi (WS): “Maulid dan tahlilan itu haram, dilarang di dalam agama.”
Ahlussunnah (AJ) : “Yang dilarang itu bid’ah, bukan Maulid atau tahlilan, bung!”
WS : “Maulid dan tahlilan tidak ada dalilnya.”
AJ : “Makanya jangan cari dalil sendiri, nggak bakal ketemu. Tanya dong sama guru, dan baca kitab ulama, pasti ketemu dalilnya.”
WS : “Maulid dan tahlilan tidak diperintah di dalam agama.”
AJ : “Maulid dan tahlilan tidak dilarang di dalam agama.”
WS : “Tidak boleh memuji Nabi Saw. secara berlebihan.”
AJ : “Hebat betul anda, sebab anda tahu batasnya dan tahu letak berlebihannya. Padahal, Allah saja tidak pernah membatasi pujian-Nya kepada Nabi Saw. dan tidak pernah melarang pujian yang berlebihan kepada beliau.”
WS : “Maulid dan tahlilan adalah sia-sia, tidak ada pahalanya.”
AJ : “Sejak kapan anda berubah sikap seperti Tuhan, menentukan suatu amalan berpahala atau tidak, Allah saja tidak pernah bilang bahwa Maulid dan tahlilan itu sia-sia.”
WS : “Kita dilarang mengkultuskan Nabi Saw. sampai- sampai menganggapnya seperti Tuhan.”
AJ : “Orang Islam paling bodoh pun tahu, bahwa Nabi Muhammad Saw. itu Nabi dan Rasul, bukan Tuhan.”
WS : “Ziarah ke makam wali itu haram, khawatir bisa membuat orang jadi musyrik.”
AJ : “Makanya, jadi orang jangan khawatiran, hidup jadi susah, tahu.”
WS : “Mengirim hadiah pahala kepada orang meninggal itu percuma, tidak akan sampai.”
AJ : “Kenapa tidak! kalau anda tidak percaya, silakan anda mati duluan, nanti saya kirimkan pahala al- Fatihah kepada anda.”
WS : “Maulid itu amalan mubazir. Daripada buat Maulid, lebih baik biayanya buat menyantuni anak yatim.”
AJ : “Cuma orang pelit yang bilang bahwa memberi makan atau berinfak untuk pengajian itu mubazir. Sudah tidak menyumbang, mencela pula.”
WS : “Maulid dan tahlilan itu bid’ah, tidak ada di zaman Nabi saw.”
AJ : “Terus terang, Muka anda juga bid’ah, karena tidak ada di zaman Nabi Saw.”
WS : “Semua bid’ah (hal baru yang diada-adakan) itu sesat, tidak ada bid’ah yang baik/hasanah.”
AJ : “Saya ucapkan selamat menjadi orang sesat. Sebab Nabi Saw. tidak pernah memakai resleting, kemeja, motor, atau mobil seperti anda. Semua itu bid’ah, dan semua bid’ah itu sesat.”
WS : “Kasihan, masyarakat banyak yang tersesat. Mereka melakukan amalan bid’ah yang berbau syirik.”
AJ : “Sudah lah, kalau anda masih bodoh, belajarlah dulu, sampai anda bisa melihat jelas kebaikan di dalam amalan mereka.”
WS : “Saya menyesal dilahirkan oleh orang tua yang banyak melakukan bid’ah.”
AJ : “Orang tua anda juga pasti sangat menyesal karena telah melahirkan anak durhaka yang sok pintar seperti anda.”
WS : “Para penceramah di acara Maulid, bisanya hanya mencaci maki dan memecah belah umat.”
AJ : “Sebetulnya, para penceramah itu hanya mencaci maki orang seperti anda yang kerjanya menebar keresahan dan benih perpecahan di kalangan umat.”
WS : “Qunut Shubuh itu bid’ah, tidak ada dalilnya, haram hukumnya.”
AJ : “Kasihan, rokok apa yang anda hisap? Setahu saya, di dalam iklan, merokok Star Mild hanya membuat orang terobsesi menjadi sutradara atau orator. Sedangkan anda sudah terobsesi menjadi ulama besar yang mengalahkan Imam Syafi’i yang mengamalkan qunut shubuh. Lebih Brasa, Brasa Lebih pinter gitu loh!”
salafy golongan berperilaku salaf atau saraf, Majelis Tafsir Al quran, tafsirnya sendiri atau merujuk ulama muktabar, MMI, JAT,yg pimpinannya terdakwa teroris dll, gmn menurut anda?
BalasHapus