Dan
butiran pepasir itu pun menangis, saat rintihan Yasir bergelung di
langit menahan pedihnya siksaan. Langitpun mendung tak kuasa menahan
murungnya, ketika Sumayyah merapatkan kedua bibirnya.
Sesaat kemudian gerigi atasnya mencengkeram kuat-kuat bibir bawahnya. Setetes air mata... tak nampak dari sudut matanya meski ribuan tetes darah menghiasi nyaris seluruh raganya.
Satu
persatu nafas Yasir, dan Sumayyah meninggalkan jasad ringkihnya, senyum
kemenangan kedua orangtua Amr bin Yasir Radliallahu'anhu itu
melambaikan tangan menyambut panggilan lembut para bidadari Surga.
Beberapa
hasta dari dua jasad itu, seorang pemuda belia tengah menghadapi maut
untuk menapaki langkah kedua orangtuanya. Bibirnya bergetar & tak
henti menyebut nama agung Tuhannya…Allah Azza wa jalla
Ya, dia
adalah Amr bin Yasir Radliallahu'anhu, meski sebagian orang sempat
meragukan keimanannya, tapi di kemudian hari ia justru menjadikan
dirinya sebagai tameng Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam diberbagai
kesempatan.
------------------------------ ----Kisah Nyata 2----------------------------- ---------------
Menjelang perang Uhud dimulai ia bersama suaminya, Zaid bin Ashim Radliallahu'anhu & kedua putranya, keluar ke bukit Uhud.
Lalu Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam bersabda kepada mereka, "Semoga Allah memberikan berkah kepadamu semua."
Setelah
itu perempuan ‘bidadari perang Uhud’ itu berkata kepada Rasulullah."Ya
Rasulullah, berdo'alah kepada Allah semoga kami dapat menemani engkau di
surga kelak!"
Lalu Rasulullah berdo'a, "Ya Allah jadikanlah mereka itu teman-temanku di Surga."
Maka perempuan itupun berkata lantang, "Aku tidak akan mempedulikan persoalan dunia yang akan menimpa diriku!!"
Dialah
Ummu Amarah Nusaibah binti Ka'ab Al Maziniay Radliallahu'anha.
Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam menobatkannya sebagai bidadari
surga karena perannya membela Rasulullah saat pasukan muslimin terdesak
pada perang Uhud.
Bersama Mush'ab bin Umair Radliallahu'anhu,
Nusaibah menghadang Qam'ah, orang yang dipersiapkan membunuh Rasulullah
Shalallahu'alaihi wa sallam dalam perang tersebut.
Dua belas
tusukan menghiasi tubuhnya & salah satunya mengenai leher Nusaibah.
Bilah-bilah pedang yg satu persatu menghujami tubuhnya, serta barisan
anak panah yang menghias tubuhnya, dirasainya sebagai sentuhan lembut
para penghuni Surga.
Darah mengalir dari setiap inci tubuhnya
& menjadi saksi tak terbantahkan untuk memuluskan jalannya ke surga
Allah. Debu-debu dibukit Uhud pun terharu menerima dentuman tubuhnya,
tak henti-hentinya milyaran debu itu bersaksi akan harumnya wangi surga
dari tubuh perempuan mulia itu. Allaaaahu Akbar…
------------------------------ -Kisah Nyata 3----------------------------- -----------
Adalah
Mush’ab bin Umair Radliallahu'anhu, aroma mewangi sudah tercium persis
di depan hidung meski pemuda tampan itu masih berada puluhan meter
jauhnya.
Pakaian terbaik, terbagus, terindah, dan termahal yang
tidak pernah dimiliki siapapun di tanah Makkah. Ketampanannya tak
terkira, dan siapa saja memandang pasti terpesona, bahkan para lelaki
pun merasa iri.
Siapa yg tak mengenalnya, pemuda perlente anak
seorang bangsawan yang kesohor. Tetapi.. bukan itu yang membuatnya
tercatat dalam sejarah manusia mulia, pengikut Muhammad Shalallahu
'alaihi wa sallam..
Begitu terucap dari mulutnya kalimat
Syahadat, bertambah wangi-lah setiap sisi rongga mulutnya, wajah yg
tampan semakin bersinar penuh cahaya kemuliaan. Meski tak lagi ia
mengenakan gamis kebangsawanan, walau ia terpaksa harus menanggalkan
semua atribut yg menjadi simbol-simbol kebesaran.
Mush’ab
Radliallahu'anhu tetap tampan, kharismatik & menjadi teladan bagi
pemuda dimasanya. Terlebih saat ia dipercaya sebagai duta pertama
Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam ke Madinah.
Cita-citanya
untuk tetap bersama Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam di Surga
kelak, di amini oleh seluruh isi langit dan bumi, karena seorang pemuda
kaya raya nan tampan itu syahid dengan tubuh penuh lubang & sayatan.
Ia menjadi tameng Rasullullah Shalallahu'alaihi wa sallam dan memegang
teguh bendera kaum Muslimin pada perang Uhud.
Meski darah &
debu membaluti wajah & tubuhnya, hingga kain kafannya hanyalah
sehelai kain yang tidak cukup untuk menutupi jasadnya. Dan siapakah yang
bisa melepaskan bayang-bayang kharismanya?
------------------------------ -Kisah Nyata 4----------------------------- -------
Adalah seorang budak hitam legam dari Negeri Habasyah (Ethiopia yg hingga kini terus dicengkeram kelaparan).
Bertahun-tahun
menjadi budak, diinjak-injak, dicaci, diludahi, bahkan dihalalkan
darahnya untuk dibunuh oleh sang majikan. Namun Allah Subhanahu wa
Ta'ala mengangkat derajat Bilal bin Rabbah Radliallahu'anhu dengan
Islam.
Hidayah Allah Subhanahu wa ta'ala justru turun kepada
manusia yg dihinakan oleh manusia lainnya, Hidayah tidak turun kepada
bangsawan berkulit putih nan gagah, ..Abu Lahab.
Dan Allah Ta'ala telah tetapkan keputusannya kepada seorang budak hitam yang orang mensebandingkan hitamnya seperti arang.
Sesungguhnya
hitamnya Bilal bin Rabbah Radliallahu'anhu lebih putih berseri,
memancarkan kemilauan dihadapan Allah Ta'ala, Rasulullah
Shalallahu'alaihi wa sallam & kaum mukminin.
Saat sang
majikan Suhail, menindihkan batu besar dan panas diatas tubuh budak itu,
hanya kata, “Ahad, Ahad …” yang keluar dari bibirnya hingga kemudian
seorang sahabat membebaskannya.
Jika boleh & bisa batu itu
berbicara, mungkin ia akan berteriak lantang menolak menindih tubuh
mulia itu, atau bahkan batu itu akan memilih hancur berkeping-keping,
ketimbang harus menjadi perantara tangan Suhail utk menyentuh kulit
Bilal. Adakah alasan surga tak menginginkan budak hitam ini menjadi
salah satu penghuni terhormatnya?
------------------------------ --Kisah Nyata 5----------------------------- --------
Dan
batu-batu pun iri, debu-debu pun menangis, para cemeti itu menjadi
cermin keikhlasan. Bilah-bilah pedang menampung tetes air mata &
darah yang kelak sebagai pemulus jalan membentang menuju surga, bahkan
ujung tombak & mata anak panah bersaksi, betapa orang-orang itu
mulia karena perjuangan & keteguhannya.
Mereka tak pernah
mencari surga, akan tetapi surga betul-betul menanti mereka untuk
menyinggahi setiap singgasananya, mengarungi riak-riak sungai kautsar yg
diatasnya berbagai buah segar & menawan menanti untuk dinikmati.
Tak lupa, bidadari-bidadari cantik nan bermata jeli, membuka tangannya
menyambut kehadiran manusia-manusia yg seluruh penghuni langit
memujinya.
Nah, sahabat ............
Pada tulisan kali ini
bukanlah pengorbanan yg mau kita renungkan.. Tapi kali ini, kami ingin
menekankan bahwa penderitaan kita-lah penentu dari segala kesuksesan
yang akan kita terima.
Sekali lagi, bahwa berjalan di muka bumi
sama dengan berjalan diatas batu kerikil tajam yang setiap saat akan
menghunus telapak kaki ini. Jika tidak kita lengkapi diri ini dengan
kesiapan, dan ketahanan yang luar biasa, tentu takkan jauh jalan yg bisa
ditapaki.
Hidup pasti akan selalu beriringan dengan kesulitan,
akan tetapi tak pernah Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan kesulitan
tanpa diciptakannya pula pintu keluarnya.
Dan bukanlah maksud
Allah Subhanahu wa Ta'ala membuat sulit hidup manusia, karena Allah
Subhanahu wa Ta'ala juga memberikan petunjuk-petunjuk-Nya. Tapi sekali
lagi, mengikuti petunjuk itu pun bukannya tanpa cobaan.
Hanya
dengan keteguhan & perjuangan, semua akan bermuara pada kebahagiaan.
Sayangnya, sedikit sekali dari kita yang kuat bertahan pada cobaan.
Tidak
jarang, untuk meniti jalan kebenaran, teramat banyak pengorbanan yang
mesti dilakukan. Tetapi dasar manusia, lebih banyak promosi dan koarnya
ketimbang penderitaan nya yang belum seberapa, padahal kita sama sekali
belum diuji.
BELUM! Bahkan belum sama sekali tiba ujian yang
sesungguhnya. Yang saat ini kita hadapi dan jalani baru riak-riak di
pinggir pantai sebelum kita benar-benar mengarungi lautan yang penuh
ombak serta karang yg menghancurkan.
Coba periksa, di bagian mana
dari tubuh ini yang tercabik-cabik penuh darah sebagai bukti atas
besarnya penderitaan yang anda rasakan?! Hmm.. bahkan kita masih enggan
untuk menukar sedikit saja yang kita miliki dengan ujian dan cobaan.
Ujian
Itu belum terbukti! Hingga suatu saat kita dihadapkan pada satu
pilihan, mati dengan torehan tinta emas kemuliaan, atau tetap hidup
diatas perisai kehinaan...
Dan suatu saat nanti, akan terbukti!
Bahwa
hidup ini akan berakhir pada ketetapan atas kebenaran atau sebaliknya,
disaat kehormatan pun berpaling. Apakah Allah Ta'ala tidak meminta
pertanggung jawaban atas apa yang telah kalian lakukan?
Adakah SURGA - NYA Mau menerima manusia tampan, cantik, kaya raya, yang gelar-nya bertumpuk namun berakhir pada kenistaan?
http://situslakalaka.blogspot. com/2011/03/seberapa-besar-pen deritaan-anda-di.htmlLihat Selengkapnya
Dan butiran pepasir itu pun menangis, saat rintihan Yasir bergelung di langit menahan pedihnya siksaan. Langitpun mendung tak kuasa menahan murungnya, ketika Sumayyah merapatkan kedua bibirnya.
Sesaat kemudian gerigi atasnya mencengkeram kuat-kuat bibir bawahnya. Setetes air mata... tak nampak dari sudut matanya meski ribuan tetes darah menghiasi nyaris seluruh raganya.
Satu persatu nafas Yasir, dan Sumayyah meninggalkan jasad ringkihnya, senyum kemenangan kedua orangtua Amr bin Yasir Radliallahu'anhu itu melambaikan tangan menyambut panggilan lembut para bidadari Surga.
Beberapa hasta dari dua jasad itu, seorang pemuda belia tengah menghadapi maut untuk menapaki langkah kedua orangtuanya. Bibirnya bergetar & tak henti menyebut nama agung Tuhannya…Allah Azza wa jalla
Ya, dia adalah Amr bin Yasir Radliallahu'anhu, meski sebagian orang sempat meragukan keimanannya, tapi di kemudian hari ia justru menjadikan dirinya sebagai tameng Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam diberbagai kesempatan.
------------------------------
Menjelang perang Uhud dimulai ia bersama suaminya, Zaid bin Ashim Radliallahu'anhu & kedua putranya, keluar ke bukit Uhud.
Lalu Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam bersabda kepada mereka, "Semoga Allah memberikan berkah kepadamu semua."
Setelah itu perempuan ‘bidadari perang Uhud’ itu berkata kepada Rasulullah."Ya Rasulullah, berdo'alah kepada Allah semoga kami dapat menemani engkau di surga kelak!"
Lalu Rasulullah berdo'a, "Ya Allah jadikanlah mereka itu teman-temanku di Surga."
Maka perempuan itupun berkata lantang, "Aku tidak akan mempedulikan persoalan dunia yang akan menimpa diriku!!"
Dialah Ummu Amarah Nusaibah binti Ka'ab Al Maziniay Radliallahu'anha. Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam menobatkannya sebagai bidadari surga karena perannya membela Rasulullah saat pasukan muslimin terdesak pada perang Uhud.
Bersama Mush'ab bin Umair Radliallahu'anhu, Nusaibah menghadang Qam'ah, orang yang dipersiapkan membunuh Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam dalam perang tersebut.
Dua belas tusukan menghiasi tubuhnya & salah satunya mengenai leher Nusaibah. Bilah-bilah pedang yg satu persatu menghujami tubuhnya, serta barisan anak panah yang menghias tubuhnya, dirasainya sebagai sentuhan lembut para penghuni Surga.
Darah mengalir dari setiap inci tubuhnya & menjadi saksi tak terbantahkan untuk memuluskan jalannya ke surga Allah. Debu-debu dibukit Uhud pun terharu menerima dentuman tubuhnya, tak henti-hentinya milyaran debu itu bersaksi akan harumnya wangi surga dari tubuh perempuan mulia itu. Allaaaahu Akbar…
------------------------------
Adalah Mush’ab bin Umair Radliallahu'anhu, aroma mewangi sudah tercium persis di depan hidung meski pemuda tampan itu masih berada puluhan meter jauhnya.
Pakaian terbaik, terbagus, terindah, dan termahal yang tidak pernah dimiliki siapapun di tanah Makkah. Ketampanannya tak terkira, dan siapa saja memandang pasti terpesona, bahkan para lelaki pun merasa iri.
Siapa yg tak mengenalnya, pemuda perlente anak seorang bangsawan yang kesohor. Tetapi.. bukan itu yang membuatnya tercatat dalam sejarah manusia mulia, pengikut Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam..
Begitu terucap dari mulutnya kalimat Syahadat, bertambah wangi-lah setiap sisi rongga mulutnya, wajah yg tampan semakin bersinar penuh cahaya kemuliaan. Meski tak lagi ia mengenakan gamis kebangsawanan, walau ia terpaksa harus menanggalkan semua atribut yg menjadi simbol-simbol kebesaran.
Mush’ab Radliallahu'anhu tetap tampan, kharismatik & menjadi teladan bagi pemuda dimasanya. Terlebih saat ia dipercaya sebagai duta pertama Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam ke Madinah.
Cita-citanya untuk tetap bersama Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam di Surga kelak, di amini oleh seluruh isi langit dan bumi, karena seorang pemuda kaya raya nan tampan itu syahid dengan tubuh penuh lubang & sayatan. Ia menjadi tameng Rasullullah Shalallahu'alaihi wa sallam dan memegang teguh bendera kaum Muslimin pada perang Uhud.
Meski darah & debu membaluti wajah & tubuhnya, hingga kain kafannya hanyalah sehelai kain yang tidak cukup untuk menutupi jasadnya. Dan siapakah yang bisa melepaskan bayang-bayang kharismanya?
------------------------------
Adalah seorang budak hitam legam dari Negeri Habasyah (Ethiopia yg hingga kini terus dicengkeram kelaparan).
Bertahun-tahun menjadi budak, diinjak-injak, dicaci, diludahi, bahkan dihalalkan darahnya untuk dibunuh oleh sang majikan. Namun Allah Subhanahu wa Ta'ala mengangkat derajat Bilal bin Rabbah Radliallahu'anhu dengan Islam.
Hidayah Allah Subhanahu wa ta'ala justru turun kepada manusia yg dihinakan oleh manusia lainnya, Hidayah tidak turun kepada bangsawan berkulit putih nan gagah, ..Abu Lahab.
Dan Allah Ta'ala telah tetapkan keputusannya kepada seorang budak hitam yang orang mensebandingkan hitamnya seperti arang.
Sesungguhnya hitamnya Bilal bin Rabbah Radliallahu'anhu lebih putih berseri, memancarkan kemilauan dihadapan Allah Ta'ala, Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam & kaum mukminin.
Saat sang majikan Suhail, menindihkan batu besar dan panas diatas tubuh budak itu, hanya kata, “Ahad, Ahad …” yang keluar dari bibirnya hingga kemudian seorang sahabat membebaskannya.
Jika boleh & bisa batu itu berbicara, mungkin ia akan berteriak lantang menolak menindih tubuh mulia itu, atau bahkan batu itu akan memilih hancur berkeping-keping, ketimbang harus menjadi perantara tangan Suhail utk menyentuh kulit Bilal. Adakah alasan surga tak menginginkan budak hitam ini menjadi salah satu penghuni terhormatnya?
------------------------------
Dan batu-batu pun iri, debu-debu pun menangis, para cemeti itu menjadi cermin keikhlasan. Bilah-bilah pedang menampung tetes air mata & darah yang kelak sebagai pemulus jalan membentang menuju surga, bahkan ujung tombak & mata anak panah bersaksi, betapa orang-orang itu mulia karena perjuangan & keteguhannya.
Mereka tak pernah mencari surga, akan tetapi surga betul-betul menanti mereka untuk menyinggahi setiap singgasananya, mengarungi riak-riak sungai kautsar yg diatasnya berbagai buah segar & menawan menanti untuk dinikmati. Tak lupa, bidadari-bidadari cantik nan bermata jeli, membuka tangannya menyambut kehadiran manusia-manusia yg seluruh penghuni langit memujinya.
Nah, sahabat ............
Pada tulisan kali ini bukanlah pengorbanan yg mau kita renungkan.. Tapi kali ini, kami ingin menekankan bahwa penderitaan kita-lah penentu dari segala kesuksesan yang akan kita terima.
Sekali lagi, bahwa berjalan di muka bumi sama dengan berjalan diatas batu kerikil tajam yang setiap saat akan menghunus telapak kaki ini. Jika tidak kita lengkapi diri ini dengan kesiapan, dan ketahanan yang luar biasa, tentu takkan jauh jalan yg bisa ditapaki.
Hidup pasti akan selalu beriringan dengan kesulitan, akan tetapi tak pernah Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan kesulitan tanpa diciptakannya pula pintu keluarnya.
Dan bukanlah maksud Allah Subhanahu wa Ta'ala membuat sulit hidup manusia, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala juga memberikan petunjuk-petunjuk-Nya. Tapi sekali lagi, mengikuti petunjuk itu pun bukannya tanpa cobaan.
Hanya dengan keteguhan & perjuangan, semua akan bermuara pada kebahagiaan. Sayangnya, sedikit sekali dari kita yang kuat bertahan pada cobaan.
Tidak jarang, untuk meniti jalan kebenaran, teramat banyak pengorbanan yang mesti dilakukan. Tetapi dasar manusia, lebih banyak promosi dan koarnya ketimbang penderitaan nya yang belum seberapa, padahal kita sama sekali belum diuji.
BELUM! Bahkan belum sama sekali tiba ujian yang sesungguhnya. Yang saat ini kita hadapi dan jalani baru riak-riak di pinggir pantai sebelum kita benar-benar mengarungi lautan yang penuh ombak serta karang yg menghancurkan.
Coba periksa, di bagian mana dari tubuh ini yang tercabik-cabik penuh darah sebagai bukti atas besarnya penderitaan yang anda rasakan?! Hmm.. bahkan kita masih enggan untuk menukar sedikit saja yang kita miliki dengan ujian dan cobaan.
Ujian Itu belum terbukti! Hingga suatu saat kita dihadapkan pada satu pilihan, mati dengan torehan tinta emas kemuliaan, atau tetap hidup diatas perisai kehinaan...
Dan suatu saat nanti, akan terbukti!
Bahwa hidup ini akan berakhir pada ketetapan atas kebenaran atau sebaliknya, disaat kehormatan pun berpaling. Apakah Allah Ta'ala tidak meminta pertanggung jawaban atas apa yang telah kalian lakukan?
Adakah SURGA - NYA Mau menerima manusia tampan, cantik, kaya raya, yang gelar-nya bertumpuk namun berakhir pada kenistaan?
http://situslakalaka.blogspot.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar