Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Asyhadu an laa ilaha illa Allah wa asy hadu anna Muhammadarrasulullah
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad
Dewasa
ini saya sering tidak menanggapi ulasan-ulasan saudara sesama muslim
mengenai ajaran shalat khusyu' dan karya-karya saya berupa buku-buku
yang saya tulis. Terkadang terasa tidak adil dan tidak bijak, karena
didalam mengulas karya-karya buku saya dibutuhkan pemikir an yang baik.
Namun
saya berbesar hati didalam menanggapi hal ini, asalkan tidak menjadi
sebuah permusuhan yang mengarah kepada perpecahan. Persoalan ini karena
perbedaan persepsi dan pemahaman saja. Saya dapat memakluminya, karena
ini terjadi akibat latar belakang ilmu dan pengalaman, serta kedewasan
sebagai orang Islam. Saya sangat senang dan terbuka dengan adanya
bantahan dan tanggapan, terlebih kalau dilakukan dalam forum diskusi
yang diselengarakan didepan publik. Melalui cara itu, mereka akan
mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan jelas dari sebuah
pemaparan, karena bahasa tulisan terkadang kurang mewakili dari maksud
yang dikandung.
Namun
demikian saya tetap akan memberikan tanggapan ringan saja, buat pembaca
buku-buku saya, terutama kepada saudara Abu Umamah yang dengan semangat
mengecam dan menganggap sesat karya-karya saya. Saya hanya mengharap
kepada Abu Umamah, tetap teguh berjuang menegakkan keadilan. Saya salut
terhadap beliau, karena semangatnya dalam memurnikan ajaran Islam
dengan gigih, meskipun terkadang kurang pandai mengemas dengan akhlak
yang baik.
Saya sangat faham mazhab yang dianut Abu Umamah yang menyebutnya dirinya sebagai Ahli Sunnah Waljama'ah atau seorang salafi. Karena saya juga pernah belajar hal serupa sehingga saya bisa mengerti kemana arah pemikiran dan manhaj-nya.
Pertentangan ini bukan hal yang baru bagi saya dan umat Islam telah
mengalaminya selama berabad-abad. Ini hanya berganti generasi saja.
Misinya cukup simple, yaitu memberantas TBC, yaitu tahayyul, bid'ah dan churafat (baca: khurafat).
Pertentangan
ini bukan hal yang baru terjadi didunia Islam. Sejarah telah mencatat
munculnya pertentangan yang terjadi di Indonesia seperti kaum Nahdhiyyin (KH Hasyim Asy 'ari) dan kelompok Muhammadiyah (KH. Ahmad Dahlan) maupun dari Persis (A.
Hasan). Persoalan yang dianggap bid'ah seperti qunnut, yasinan,
tahlilan, baca barzanji, baca shalawat nabi dan lain sebagainya, adalah
topik utama mereka. Namun perkembangan sekarang ketiga kelompok
tersebut sudah terlihat saling menghormati setelah informasi semakin
canggih.
Saya
masih ingat pada waktu kecil, kaum Muhammadiyyah membid'ahkan kaum
Nahdhiyyin (NU) shalat tarawih 23 rakaat, sedangkan kaum Muhammadiyyah
11 rakaat. Namun sekarang sudah tidak menjadi masalah, karena di Saudi
Arabiyyah melakukan 23 rakaat. Demikian juga persoalan adzan Jum'at
yang dilakukan oleh Nahdhiyyin dua kali adzan sedangkan kaum
Muhammadiyyah satu kali adzan. Ternyata di Saudi Arabiyyah melakukan
dua kali adzan. Padahal Nabi melakukan shalat tarawih dimasjid hanya 3
hari, selebihnya dilakukan dirumah.
Dan
yang uniknya lagi, imam Masjidil Haram membaca qunnut didalam akhir
Ramadhan namun diselipkan doa-doa yang tidak berasal dari Nabi,
terbukti ia menyebutkan kata-kata Allahumma dammir Amerika,
Israil. Padahal didalam ibadah tidak boleh menambah-nambah ibadah yang
tidak diajarkan oleh Nabi. Demikian juga doa-doa dalam tawaf, tenyata
banyak yang dibuat oleh para ulama', padahal tawaf adalah peribadatan
yang ditetapkan sunnahnya. Dan orang-orang Saudi menggunakan alat
dzikirnya meniru orang-orang Budha dan Katolik (rosario), yaitu biji
tasbih made in China.
Dan
mengenai penyusunan mushaf Al qur'an, awalnya para sahabat mengalami
perdebatan keras, terutama Zaid sekretaris Nabi. Karena Nabi tidak
memerintahkan membukukan Al qur'an yang berserakan dan tertulis di
pelepah korma, kulit kambing dan lain sebagainya.
Tuduhan-Tuduhan Abu Umamah
Saya
sangat mengenal konsep pemikiran Abu Umamah dalam melancarkan setiap
tuduhan-tuduhan yang berbeda pandangan dengan dia. Saya kira dia hanya
kurang faham mengenai pemaparan buku-buku saya, karena memang harus
memilki ilmu pendukung untuk mampu memahami karya saya.
Didalam
memahami tanggapan tulisan-tulisan saya, harus siap membuka hati dan
pikiran. Dibutuhkan kejujuran dan kebersihan hati, bukan dilandasi
karena emosi dan kebencian. Watawa saubil haq watawa saubish shabri ...
Walaupun
saya belajar ilmu tasawuf, tapi saya bukanlah orang tasawuf. Walaupun
saya belajar ilmu salafi, tetapi saya bukanlah orang salafi. Walaupun
saya belajar ilmu filsafat, tetapi saya juga bukan orang filsafat.
Walaupun saya belajar ilmu meditasi tetapi saya menolak meditasi. Saya
hanyalah orang biasa yang menjalankan shalat lima waktu, bersyahadat,
berzakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah Haji ke
Baitullah. Bagi saya ini sudah cukup dan tidak keluar dari ajaran
Islam. Adapun kekurangan didalam menjalankan syariat, saya berusaha
semaksimal mungkin untuk memenuhinya sehingga tidak ada kata berhenti
untuk belajar. Termasuk saya pun mempelajari cara berfikir Abu Umamah,
tapi saya tidak akan seperti Abu Umamah.
Abu Umamah menuduh Saya sebagai Pencipta Ajaran Shalat.
Hal
ini jauh dari kenyataan. Seharusnya saya sudah diusir dari
masjid-masjid besar kalau benar-benar saya menyimpang. Padahal saya
mengadakan pelatihan shalat di adakakan di halayak ramai, bukan
ditempat yang tersembunyi. Bahkan saya sudah memberikan pemaparan
shalat khusyu' dihadapan MUI Banjarmasin, Singapura, Hongkong, Jepang,
Malaysia, Australia, dan seluruh Indonesia. Dan alhamdulillah mereka
setuju dengan konsep pengajaran yang dilandasi syariat yang kuat.
Karena Abu Sangkan tidak merubah shalat yang sudah menjadi hukum mahdhah.
Justru saya mengajak untuk mengahayati setiap gerakan dan bacaan dalam
shalat, seperti meluruskan punggung ketika ruku', berdiri tuma'ninah,
sujud sempurna. Seluruh metode, saya ambil dari cara Rasulullah
mengajarkan shalat kepada para sahabat . Pada waktu itu, Nabi selalu
menegur langsung ketika sujudnya terlalu cepat seperti burung mematuk
makanan. Semuanya saya latih diluar shalat, sebagaimana umumnya orang
memiliki metode membaca Al qur'an.
Mungkin,
Abu Umamah terganggu dengan istilah "meditasi", sehingga ia mengira
saya memasukkan unsur meditasi dalam shalat. Padahal istilah meditasi
itu bukan ajaran agama Hindu. Kata meditasi itu sendiri berasal dari
bahasa Inggris, bukan bahasa India, yang berarti berdoa (praying), atau
menenangkan pikiran. Sedangkan kata atau istilah berdo'a, beribadah,
beriman dan lain sebagainya, telah menjadi dan digunakan oleh
agama-agama lain di Indonesia. Hal ini tidak bisa dipungkiri
kenyataannya.
Dari sisi marketing,
buku shalat khusyu diminati orang-orang yang belum shalat, karena ada
kata meditasi. Hal ini terinspirasi oleh ulama di Jawa masa Wali Songo
yang mengganti kata "shalat" dengan "sembahyang", untuk menarik minat
agar orang-orang Hindu ikut sembahyang (shalat) di masjid. Dan di
halaman masjd, dibuat pintu masuk berupa gapura yang berasal dari kata
"pura" (tempat sembahyang orang Hindu). Namun maknanya diganti menjadi ghafura
dari bahasa Arab, yang berarti pengampunan (jawa: ngapura). Dan
lihatlah bangunan masjid di Demak dan masjid-masid di Jawa terlihat
kental dengan unsur arsitektur Hindunya.
Kata
"meditasi" sama dengan kata "spiritual" yang sering dugunakan
orang-orang Islam. Karena bahasa tidak bisa diklaim oleh salah satu
agama saja. Sama halnya ketika anda melihat bangunan gedung
pemerintahan di Kremlin yang menggunakan kubah dan menara masjid. Kalau
orang tidak tahu, pasti terkecoh dikira masjid. Atau malah sebenarnya
terbalik, kubah dan menara bukanlah hasil karya arsitek muslim. Karena
gereja-gereja pada masa Konstantinopel sudah menggunakan kubah. Yang
paling unik adalah kata "menara" ternyata berasal dari kata "naarun", yang berarti api. Sedangkan menara dulunya adalah tempat api persembahyangan kaum Majusi.
Apakah
seseorang dilarang, jika sebelum shalat melatih diri untuk belajar
berdiri dengan tenang ketika shalat ? Menenangkan pikiran agar tidak
ngelantur kemana-mana. Padahal saat shalat, kita sedang berhadapan
dengan sang Khalik. Berarti kesadaran jiwa dan pikiran harus terfokus
kepada yang disembah, yaitu Allah. Sedangkan orang Budha terfokus
kepada sang Bodha Gautama, orang Kristiani terfokus kepada Yesus
Kristus.
Perhatian
saya dalam pelatihan shalat khusyu adalah agar bagaimana hati dan
pikiran selalu berhubungan dengan Allah, bukan kepada selain Allah.
Termasuk melatih agar tidak mudah melamun. Kenyataan ini telah menjadi
keluhan hampir seluruh masyarakat Islam. Mengapa Abu Umamah hanya
mementingkan segi fisik saja, sementara ruhiyah diabaikan. Padahal
Allah hanya menerima shalat seseorang dilandasi keikhlasan (mukhlishina lahu addien).
Sebagaimana kisah orang Arab Badui yang mengaku beriman, ternyata baru
sampai kulit luarnya saja, sehingga Allah menurunkan ayat berikut ini :
Dan
orang-orang Arab Badui berkata: Kami telah beriman, katakanlah (kepada
mereka) kamu belum beriman, tetapi katakanlah kami tunduk, karena iman
itu belum masuk kedalam hatimu (QS. Al Hujuraat,49: 14)
Dan sebuah hadist menegaskan :
Anta'buda ka annaka tarahu fainlam takun tarahu fa innahu yaraka
Beribadahlah
seolah engkau melihat Allah, kalau engkau tidak mampu melihat Nya,
sesungguhnya Dia melihat engkau ( Al hadist shahih ).
Dan
Allah melarang shalat seperti shalatnya orang-orang munafik, karena
dilakukan dengan perasaan malas dan pikirannya tidak terfokus kepada
Allah kecuali hanya sedikit. Mereka shalat karena dilandasi ingin
dilihat orang lain (riya'). Perbuatan riya' dan munafik itu adanya
dihati, karena ternyata orang munafik juga shalat
Sesungguhnya
orang-orang munafik itu menipu Allah,dan Allah akan membalas tipuan
mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan
malas. Mereka bermaksud riya' (dengan shalat) dihadapan manusia. Dan
tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali hanya sedikit (QS. An
Nisa,4:142)
Abu
Umamah hanya kurang peka terhadap tulisan-tulisan saya dalam
menyampaikan hadist-hadist yang saya uraikan dalam bentuk praktek.
Dikira saya mengarang shalat kreasi baru. Terbukti jamaah saya shalat
dimana-mana tidak ada yang aneh. Dan saya pun telah menjadi imam shalat
dihadapan ribuan jamaah, namun mereka tidak ada yang protes. Seandainya
Abu Umamah bisa menyempatkan shalat berjamaah dengan saya, pasti tidak
akan terjadi perdebatan seperti ini. Tetapi tidak apa-apa, insya Allah
suatu waktu akan berjumpa dalam shalat bersama.
Kesimpulan
dari persoalan pelatihan shalat khusyu'. Selama tidak ada larangan dari
Nabi, berarti kebolehan. Yang dilarang adalah merubah syariat shalat.
Termasuk bacaan shalat dirubah menjadi bahasa Indonesia, seperti yang
dilakukan oleh Yusman Roy dari Malang (Perdebatan via Teleconference antara Abu Sangkan dengan Yusman Roy di Metro TV).
Ditegaskan
disini, shalat diawali dengan niat lalu takbir sampai salam. Diluar itu
bukanlah shalat. Maka kegiatan pelatihan shalat bukanlah shalat, tetapi
hanya latihan. Bagaimana menurut Anda, sebelum memasuki takbir,
bolehkan kita melakukan kegiatan oleh raga, tertawa, atau baca buku ?
Atau setelah menyelesaikan salam, bolehkan kita melakukan kegiatan
gerakan-gerakan bebas seperti melompat dan berlari. Selama itu tidak
dilakukan didalam shalat, maka itu bebas (boleh) bukan mengada-mengada
soal agama. Tetapi kalau kegiatan itu dilakukan di dalam shalat, maka
itu bid'ah. Semoga Abu Umamah memahami arti bid'ah dalam beribadah.
Tuduhan bahwa Abu Sangkan Penganut Wihdatul Wujud
Didalam
buku saya "Berguru Kepada Allah". Pada bab misteri Al hallaj, saya
justru meluruskan ajaran Al hallaj yang kurang sempurna. Karena Al
Hallaj tidak mampu melepaskan kesadarannya, sehingga tidak bisa
membedakan mana Allah dan mana dirinya. Inilah yang dinamakan ittihad
(penyatuan). Kesimpulan saya pada bab ini, adalah manusia pada awalnya
tidak ada dan akan kembali tidak ada. Yang kekal hanyalah Allah semata.
Kullu man 'alaiha faan .... wa yabqa dzul jalali wal ikram ...
Apakah ayat ini ada yang salah?. Siapakah sebenarnya yang kekal abadi
?. Namun kalau difahami dengan benar, saya sependapat dengan pejelasan
Imam Al ghazaly, bahwa Al hallaj tidak mengaku Allah. Dia hanya membaca
ayat yang berbunyi :
innani Ana Allah laa ilha illa ana fa'budnii ....
Sungguhnya
Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang Haq) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.(QS. Thaha
20:14)
Wallahu a'lam.
Saya
hanya menganggap Abu Umamah khilaf dan kurang teliti membaca bab ini.
Pikirannya terlalu dipenuhi kecurigaan dan hatinya bergejolak kurang
tenang. Dan ilmu tidak akan bisa masuk kepada orang yang hatinya tidak
dipenuhi cahaya Ilahy.
Pada
bab-bab sebelumnya, banyak ayat-ayat mutasyabihat yang saya kutip. Dan
saya tidak berani menafsirkan ayat-ayat tersebut dengan pikiran saya.
Saya hanya membiarkan ayat-ayat mutasyabihat tersebut apa adanya,
seperti kalimat yadullah (kedua tangan-Ku). Melihat uraian
ini, Abu Umamah tidak faham. Dikira saya membuat pernyataan
"mentashbihkan" (menyerupakan) Allah dengan tangan manusia. Sama sekali
tidak !! Ayat-ayat mutasyabihat hanya bisa difahami oleh hati orang yang bertakwa. Alif laam mim ... dzalikal kitabu laa raiba fiihi hudan lil muttaqien .... Tidak ada satu dalilpun yang mengatakan, bahwa para sahabat menanyakan arti ayat-ayat mutasyabihat kepada Rasulullah dan Beliau tidak memberikan tafsir ayat-ayat mutasyabihat.
Didalam surat Al anfal ayat 17, Allah berfirman :
Maka
bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh
mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi
Allah-lah yang melempar.
Pada
ayat ini, apakah Rasulullah dianggap seperti Al Hallaj atau wihdatul
wujud?. Jika ditanya: "Wahai Rasulullah, siapakah yang membunuh dan
melempar panah ketika engkau membidik panah?". Kira-kira apa jawaban
Beliau ....?? Kalau Beliau menjawab sesuai dengan ayat diatas, pastilah
Beliau akan mengatakan, "Allahlah yang melempat panahku ....."
Masihkah Anda menuduh saya wihdatul wujud, yang Anda sendiri tidak paham persoalan ini?.
Tuduhan bahwa Abu Sangkan Menganut Sinkretisme
Mungkin
Abu Umamah kurang paham arti sinkretisme, sehingga saya dianggap
menganut faham ini. Tidak ada satupun ajaran tersebut dalam buku saya.
Justru saya hanya prihatin melihat kemunduran umat islam selama
berabad-abad.
Mengapa
orang-orang Eropa mampu menemukan sains modern dan mampu menciptakan
teknologi canggih?. Ternyata mereka perduli terhadap fenomena alam yang
luar biasa, yang memberikan pelajaran bagi manusia. Padahal mereka
tidak mengenal Al qur'an. Namun mereka telah memanfaatkan kemampuan
berfikirnya dan akal sehatnya untuk meneliti gejala alam yang terhampar
luas. Mulai dari energy listrik, nuklir, mineral, bahan kimia, ilmu
aerodinamika, biologi, psikologi, neurologi, astronomi, mesin diesel,
kapal selam dll. Hampir semuanya dikuasai oleh mereka. Sementara umat
Islam hanya diam tidak turut terlibat mengamati sumber alam yang penuh
manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa disadari hasil penemuan
mereka dimanfaatkan oleh umat Islam seluruh dunia, termasuk
negara-negara Arab, meminta bantuan Amerika untuk pengeboran minyak,
mengolahnya, bahkan menjualkannya.
Padahal
Al qur'an telah memberikan wacana berfikir kepada kita, agar tidak
ketinggalan dalam ilmu pengetahuan. Sebagaimana disebutkan ayat-ayat
berikut ini :
Dan
sesungguhnya pada binatang ternak itu terdapat pelajaran bagimu, Kami
memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perut (berupa) susu
yang bersih antara tahi dan darah,yang mudah ditelan bagi orang yang
hendak meminumnya (QS.An Nahl,16:66)
Dan
Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang
kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah
dipandang mata. Untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap
hamba yang kembali (QS. Qaaf,50:7-8)
Sesungguhnya
pada langit dan bumi benar-benar terdapat ayat-ayat Allah bagi
orang-orang yang beriman. Dari pada penciptaan Kamu dan
binatang-binatang yang melata yang bersebar (dimuka bumi) terdapat
ayat-ayat (tanda-tanda) kekuasaan Allah bagi kaum yang yakin. Dn pada
pergantian malam dan siang serta hujan yang diturunkan Allah dari
langit sebagai rezeki lalu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya dengan
air hujan itu,dan pda perkisaran angin terdapat pula ayat-ayat
(tanda-tanda) kekuasaan Allah bagi mereka yang berakal. Itulah
ayat-ayat Allah, Kami memebacakannya kepadamu sebenarnya,maka dengan
perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan
ayat-ayat-Nya. (QS. Al Jastsiyah,45: 3-6)
Dalam
ayat-ayat diatas terdapat kandungan peringatan untuk umat Islam.
Disamping mereka diharuskan membaca Al qur'an yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad, namun diperintahkan pula untuk memikirkan ciptaan Allah
sebagai pelajaran. Namun fakta yang terjadi sangat ironis, justru
orang-orang kafirlah yang menguasai ilmu pengetahuan, seperti
peternakan, geologi, geofisika vulkanologi dan lain sebagainya. Apakah
saya disebut sebagai penganut sikretisme kalau saya memahami ilmu-ilmu
tersebut? Bukankah saudara Umamah tidak sadar, bahwa ilmu-ilmu tersebut
adalah ciptaan Allah dan kita diperintahkan untuk mengambil sebagai
pelajaran?.
Ulasan-ulasan yang tidak difahami oleh Abu Umamah dalam bukunya Mengenal Lebih Dekat dengan Abu Sangkan halaman 84.
Sangat kelihatan Abu Umamah tidak membaca dengan baik tulisan-tulisan saya;
Padahal
uraian saya adalah sebuah kesimpulan dari hadist-hadist nabi yang
menyuruh kita shalat dengan serius dan thumaninah dan tidak
terburu-buru. Selanjutnya dipraktekkan sebagaimana saya tulis dalam
buku saya halaman 58-59.
Padahal
semua yang dipraktekkan adalah tuntunan Nabi yang saya jadikan
metodologi. Seperti berdiri thumaninah, rukuk, sujud dan tahiyyat.
Semuanya dilakukan dengan tenang dan rendah hati. Pertanyaanya adalah :
Apakah dilarang berdiri sehingga tulang-tulang dan sendi-sendi dalam tubuh kita rileks dan tidak tegang ketika shalat ?
Apakah
dilarang pikiran hening didalam shalat? Mengapa tidak tidak menyalahkan
orang yang pikirannya melamun dan ngelatur kemana-mana ketika shalat?
Bukankah itu lebih bid'ah, karena pikiran Rasulullah tidak pernah
melamun dalam shalat.
Apakah dilarang ketika hati kita hadir dalam shalat, sementara banyak orang shalat tetapi hatinya tidak hadir?
Apakah
dilarang memperbagus shalat dan wudhu' seseorang dengan dibarengi
hatinya ingat kepada Allah, sementara banyak orang berwudhu yang tidak
menghayati wudhu'nya sehingga tidak ubahnya mencuci muka biasa?.
Apakah salah orang shalat harus dilakukan dengan kesadaran ?
Sementara Abu Umamah menyalahkan persoalan-persoalan ini.
Kesimpulan
dari uraian Umamah, bisa diketahui bahwa dia shalat namun pikirannya
tidak tenang, karena ia melarang orang shalat pikirannya hening. Dan
shalatnya tidak dilakukan dengan tenang dan tumakninah, karena ia
melarang melatih tulang-tulang kembali pada tempatnya. Justru dialah
yang yang tidak menjalankan sunnah Nabi, karena yang saya tulis adalah
sunnah Nabi dalam mengajarkan shalat kepada para sahabat. Tolong
pelajari lagi hadist-hadist yang memerintahkan untuk sadar dalam
shalat, membetulkan tulang-tulangnya sehingga lurus dan tenang didalam
setiap gerakan rakaat maupun bacaannya.
Semua
hadist yang menyangkut shalat khusyu' sudah saya himpun dan saya susun
menjadi pelajaran bagi yang shalatnya terburu-buru dan pikirannya
melayang-layang, dan ini perlu dilatih. Bagi yang tidak mau latihan
jangan mengusik orang yang sedang belajar. Melarang orang belajar
shalat sama halnya orang-orang Yahudi yang menghalang-halangi shalat,
hanya saja dikemas dengan perkataan "bid'ah", agar tidak terlihat
menghalangi orang-orang yang sedang belajar shalat. Kalau memang Abu
Umamah orang Islam yang benar, pasti dia akan mendatangi rumah saya dan
berdiskusi dengan baik dan penuh akrab dan shilaturrami. Dengan diawali
dengan shalat berjamaah tentunya. Inilah akhlak Islam yang sebenarnya
yang banyak dilakukan kaum sufi yang bersih hatinya.
Abu Umamah mengaku Ahli Sunnah Waljama'ah ?
Saya
belum percaya seratus persen kalau Abu Umamah adalah ahli sunnah wal
jamaah. Mengapa demikian? Karena yang saya tahu jumlah hadist
Rasulullah dikeluarkan dan diriwayatkan berjumlah puluhan ribu bahkan
jutaan jumlahnya. Itupun masih tergantung kedudukan keshahihannya. Dan
berapa jumlah hadist yang shahih, hasan, mutawatir, masyhur, muan'an, mudhayyaq, musalsal, ahad, gharib, munqati'?
Sudahkan Anda mampu menjalankan seluruh sunnah Nabi? Belum lagi jumlah
ayat-ayat dalam Al qur'an, sudahkan Anda mampu menjalankan semuanya?.
Apa hukumnya yang tidak menjalankan Islam secara kaafah?.
Masihkan Anda berani mengatakan ahli sunnah wal jamaah? Anda tidak ada
bedanya dengan saya yang hanya menjalankan sebagian sunnah nabi saja.
Anda masih menggunakan uang yang ada gambar orangnya, yang menurut
hadist hukumnya haram. Sementara, Anda sering melarang orang melukis
makhluk hidup. Hal ini sama halnya orang-orang Saudi yang tidak
konsisten, mereka menempelkan lukisan-lukisan Raja Fahd, Raja Abdullah,
Raja Saud di setiap hotel di Saudi Arabiayah.
Apa
hukumnya orang yang menyesatkan orang lain, sementara saya telah
bersyahadat setiap shalat, menjalankan shalat lima waktu, berzakat,
berpuasa di bulan Ramadhan, menunaikan ibadah haji ke Baitullah ?
Saya
memaafkan Abu Umamah karena dia belum kenal dengan saya, walaupun dia
mengaku dalam tema bukunya "Mengenal lebih dekat dengan Abu Sangkan".
Namun dia tidak kenal dengan saya, apalagi berdiskusi dengan baik dan
terhomat.
Saya
khawatir terhadap Abu Umamah, dia tidak bisa membedakan Islam dan
kultur Arab yang keras. Islam adalah akhlak dan lemah lembut, apalagi
dalam berdakwah. Al qur'an menyuruh berdakwah dengan cara yang sangat
lembut dan mauidhatil hasanah ... cara ini dilakukan oleh ulama' Jawa
(Wali Songo) sehingga umat Hindu tertarik mempelajari Islam, walaupun
masih belum sempurna. Mungkin kalau Anda ingin merasakan bagaimana
sulitnya berdakwah, cobalah berdakwah di wilayah Hindu, seperti di
Bali. Kalau Anda jujur, pasti Anda akan mengatakan Wali Songo itu hebat
dan cerdas.
Ulama
Jawa, ketika melihat umat Hindu menjalankan ritual kematian mengadakan
upacara selama tujuh hari, mereka tidak langsung merubah kultur dan
kebiasaan agama sebelumnya. Apalagi langsung menhardik dengan kata-kata
kafir sesat dan bid'ah. Mereka mengisi hari-hari tersebut dengan
bertahlil dan bertahmid. Maksudnya mengarahkan tauhid mereka agar tidak
menyekutukan Tuhan. Lihatlah situs-situs masjid Menara Kudus yang
berbentuk seperti candi, pintu gerbang masjid seperti seperti pura
Hindu, atap mesjid dibuat seperti pagoda. Mereka tidak merubah pakaian
menjadi pakaian Saudi Arabiayah atau Pakistan, india, tetapi tetap
menggunakan sarung seperti yang dipakai orang Hindu pergi sembahyang ke
pura.
Hal
ini terjadi terhadap fiqhuddakwah Partai Keadilan Sejahtera. Mereka
melakukan dakwah melalui dan mengisi peluang dunia politik sebagai
kendaraan dakwah mereka di DPR. Mereka bertujuan menegakkan syariah,
namun dinilai salah oleh beberapa kelompok Islam, karena melalui cara
sekuler, yaitu Trias Polica.
Kesimpulan
dari penjelasan saya diatas, bukanlah akhir jawaban saya. Karena masih
banyak lagi yang bisa saya sampaikan jika diperlukan. Dan saya sangat
senang jika bisa berjumpa langsung dengan Abu Umamah demi keadilan dan
menjalankan sunnah Al qur'an, yaitu bermusyawarah dengan baik. Dan
sekali lagi Abu Umamah bukanlah Ahli Sunnah Waljamaah yang murni, tapi
hanya sekedarnya saja. Kalau berjumpa dia, saya bisa tunjukkan hadist
mana yang tidak dijalankan oleh dia, dan hadist mana yang telah
dilanggar oleh dia.
Hayya 'alash shalah hayya 'alal falah .....
Wassalam
ABU SANGKAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar