Fenomena Mbah Maridjan Meninggal Bersujud
Sahabat Hikmah...
Disamping Musibah yang menimpa bangsa kita...
Marilah kita mengambil hikmah atas kematian Mbah Maridjan.
Mbah Maridjan merupakan orang asli kaki Merapi. Lahir di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, 83 tahun lalu. Sejak 1982 Sri Sultan Hamengkubuwono IX memberikan tugas utama sebagai juru kunci Gunung Merapi. Tugasnya, setiap Gunung Merapi akan meletus, warga setempat selalu menunggu komando dari Mbah Maridjan untuk mengungsi.
Pada waktu diajak mengungsi, Mbah Maridjan menolak diajak mengungsi, beliau beralasa: "Saya masih betah tinggal di tempat ini. Jika saya pergi mengungsi, lalu siapa yang mengurus tempat ini." (25/10).
Namun demikian, Mbah Maridjan meminta warga menuruti imbauan pemerintah untuk mengungsi dan memohon keselamatan pada Tuhan agar tidak terjadi yang sesuatu yang tidak diinginkan jika Merapi benar-benar meletus.
"Saya minta warga untuk menuruti perintah dari pemerintah dan memanjatkan doa kepada Tuhan agar diberi keselamatan dan Merapi tidak 'batuk'," kata pria yang memiliki tiga anak itu.
Menurut dia, hanya Tuhan yang tahu kapan Merapi akan meletus. "Saya tidak punya kuasa apa-apa," katanya.
Dan pada akhirnya pada saat setelah Gunung Merapi meletus dan mengeluarkan awan panas, Jenazah Mbah Maridjan ditemukan dalam posisi sujud di dalam kamarnya. Saat ditemukan, Mbah Maridjan mengenakan batik kuning dan bersujud di atas sajadahnya di dalam kamar. (Vivanews.com)
Hari ini, Kamis 28 Oktober 2010, sekitar pukul 10.00 WIB Mbah Maridjan akan dikebumikan. Tepat di bawah kaki Gunung Merapi. "Dari RS Sardjito berangkat pukul 09.00 WIB," kata kerabat Mbah Maridjan, Agus Wiyarto, Kamis 27 Oktober 2010.
Subhanallah ...
Beliau meniggal dalam posisi bersujud, npadahal sakaratul maut adalah kejadian sangat dahsyat, dalam ayat dan haidts disebutkan :
“Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut nyawa orang- orang yang kafir, seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata: ‘Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar.’ (Niscaya kamu akan merasa sangat ngeri) (QS. Al-Anfal {8} : 50).
“Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang”. (H.R. Ibnu Abu Dunya).
Imam Ghozali berpendapat : "Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki".
sebenarnya bagaimana Mbah Maridjan dalam beragama sehingga meninggal dalam ketundukan dan kepasrahan kepada Allah Sang Penguasa Merapi?
Kesaksian orang dekat dan para wartawan tentang Mbah Maridjan:
” Dia selalu sholat berjama’ah di masjid dekat rumahnya, setiap ada adzan dia akan pamit meninggalkan dan pergi ke masjid, entah ada tamu wartawan atau tetangganya.” Demikian menurut keponakan Mbah Maridjan di salah satu stasiun tv.
”Pada waktu ashar sebelum kejadian, Mbah Maridjan sempat berjama’ah sholat Ashar di masjid bersama para wartawan dan diabadikan dalam sebuah tayangan di salah satu stasiun tv.”
” Ketika salah satu anggota tim SAR meminta semua orang yang di halaman untuk meninggalkan lokasi dan semua orang panik. Mbah Maridjan berjalan menuju masjid yang berjarak 100 meter dari rumahnya. Bahkan saya berniat ikut jamaah salat Magrib di masjid. Saya sempat lihat ada dua perempuan, keluar dari mobil, salah seorangnya berjilbab berlari kecil menyusul Mbah Maridjan ke arah mesjid. Tapi karena Bram sudah panik, dia memaksa saya segera turun.” menurut Abdul Haerah HR wartawan Tribun Medan.
”Mbah Maridjan sendiri termasuk sosok yang taat beribadah , sehingga sewaktu akan dievakuasi rombongan Agus , tiba-tiba terdengar Adzan Magrib , Dalam kondisi genting Mbah Maridjan pergi ke Mesjid untuk Shalat Maghrib. " Setiap mendengar Adzan , Mbah langsung Shalat " kata Agus dalam dialog di TV One rabu malam .
” Dia orang yang sangat setia kepada isterinya, waktu syuting iklan, saya gak boleh dekat-dekat Mbah Maridjan, katanya takut isterinya melihat nanti marah (karena bukan mahram)” ini menurut artis Vega di salah satu stasiun tv.
Sahabat Hikmah....
Setiap manusia mempunyai keKURANGan dan keLEBIHan,
Tetapi orang yang bijak hanyalah melihat akhirnya, bukan dulunya,
dan mengambil HIKMAH atas semua kejadian.
Semoga Mbah Maridjan diampuni dosa-dosanya dan ditempatkan di surga-Nya,
dan kita bisa mengikuti beliau untuk selalu memenuhi panggilan Adzan,
dan melaksanakan sholat fardlu 5 waktu,
serta berusaha menjaga hubungan dengan yang bukan mahram.
Maha benar Allah dalam firman-Nya:
”HANYAlah yang meMAKMURkan MASJID-MASJID Allah ialah orang-orang yang berIMAN kepada Allah dan hari kemudian, serta TETAP mendirikan SHALAT, menunaikan ZAKAT dan TIDAK TAKUT (kepada siapapun) SELAIN kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat PETUNJUK.” (QS. Attaubah : 18)
Wallahu a’lam bi showab
O.F.A
Tambahan:
Sahabat Hikmah...
Jangan berprasangka Mbah Maridjan bunuh diri atau mati konyol...Yang harus dilihat:
- Seorang juru kunci mempunyai tanggung jawab kpd wilayahnya, seperti th 2006, belum tentu 'wedus gembel' turun melewatinya, kalau semua turun siapa yg menjaganya? karena semua pergi takut kalau 'wedus gembel' turun...menurut Mbah Maridjan...jadi ini adalah tanggung jawab dan amanah yg harus dilaksanakan.
- Pada saat genting ada adzan maghrib yang identik dengan panggilan Allah (dimulai dengan Allahu Akbar dan diakhiri Laa ilaaha illaLlaah) Mbah Maridjan mendahulukan panggilan adzan utk sholat berjama'ah maghrib, karena toh musibah juga datang dari Allah, sehingga kalau ternyata dapat musibah itu semua dari Allah, dan itupun belum pasti terjadi spt th 2006.... Dan kematian kita pun belum tahu kapan (sama dengan Mbah Maridjan, sama dengan pemabalab F1, atau org yg pekerjaannya berbahaya lainnya) tetapi bukankah sahabat juga ingin meninggal sewaktu sholat? Dan belum tentu takdir kita atau org2 yg pekerjaanya membahayakanmeninggal sewaktu sholat atau sewaktu melakukan pekerjaan yg berbahaya tersebut. wallahu a'lam bi showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar