Wali
- Wali Allah SWT
Senin, 2 Agustus 2010
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ اللهَ قَالَ :
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ
إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ
وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى
أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ
وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا
وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ
وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ
أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ
وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ
( صحيح البخاري )
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
"Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku maka Aku kumandangkan perang
terhadapnya. Tidaklah seorang hamba mendekatiKu dengan sesuatu yang Aku
cintai dari perbuatan yang Aku wajibkan padanya dan ia masih terus
mendekatiKu dengan perbuatan-perbuatan sunnah hingga Aku mencintainya.
Ketika Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia
gunakan untuk mendengar, Aku menjadi penglihatannya yang ia gunakan
untuk melihat, Aku menjadi tangannya yang ia gunakan untuk memegang, Aku
menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu
kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan,
pasti Aku akan melindunginya. Tidaklah Aku ragu-ragu melakukan sesuatu
seperti keraguanKu ketika hendak merenggut jiwa hambaKu yang beriman,
dia membenci kematian sedang aku tak suka menyakitinya."
( Shahih Al Bukhari )
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ
الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ
الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا
لَبَّيْكَ ياَ مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلّمَّ وَبَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذَا
الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَالْحَمْدُلله الَّذِي جَمَعَنَا فِيْ هَذَا
الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي هَذِهِ الْجَلْسَة...
Limpahan puji kehadirat Allah, Maha Raja langit dan bumi, Maha
Penguasa tunggal dan abadi, Maha melimpahkan keluhuran dan kebahagiaan
bagi hamba-hambaNya di setiap waktu dan saat, Maha melimpahkan
kelembutan dan kenikmatan yang tiada henti-hentinya kepadaku dan kalian,
tidak satu detik pun rahmatNya terhenti untuk kita, tidak satu detik
pun kasih sayang-Nya terhenti untuk kita terkecuali terus mengalir
kepada kita, kenikmatan melihat, kenikmatan mendengar, kenikmatan
berbicara, kenikmatan bergerak, kenikmatan berfikir, kenikmatan
merenung, kenikmatan sanubari dan kenikmatan-kenikmatan luhur lainnya,
dan kenikmatan-kenikmatan itu terus berlanjut, kenikmatan bernafas,
kenikmatan penggunaan jantung dan seluruh tubuh kita, kenikmatan cahaya
matahari, kenikmatan gelapnya malam, kenikmatan indahnya pemandangan,
kenikmatan udara dan berjuta-juta kenikmtan lainnya. Allah subhanahu
wata'ala berfirman :
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا
( ابراهيم : 34 )
" Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, tidaklah kalian
dapat menghitungnya ". ( Qs. Ibrahim : 34 )
Hal ini menunjukkan betapa banyak kenikmatan yang kita ketahui dan
betapa lebih banyak kenikmatan yang tidak kita ketahui, dan Allah
mengatakan bahwa manusia tidak akan pernah bisa menemukan jumlah
kenikmatan itu. Semakin kita mempelajari maka akan semakin kita memahami
baik secara ilmiah atau dengan hadits-hadits nabawiyah atau yang
lainnya, secara logika atau pun dengan dalil, maka kenikmatan itu
semakin kita pelajari maka akan semakin banyak dan semakin terbuka,
semakin luas, semakin mulia, dan semakin indah. Demikianlah perbuatan
Sang Maha Baik, demikian perbuatan Sang Maha Luhur dan Mulia, demikian
perbuatan Sang Maha Indah, demikian perbuatan Sang Maha mencintai,
demikian perbuatan Sang Maha Pemaaf, demikian perbuatan Sang Maha
penyelamat, demikian perbuatan Sang Maha lemah lembut sehingga Dia (
Allah ) subhanahu wata'ala melipatgandakan perbuatan baik kita dan
senantiasa siap mengampuni kesalahan-kesalahan kita, demikian indahnya
Yang Maha indah, demikian mulia dan berkasih sayang Yang Maha berkasih
sayang.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Allah subhanahu wata'ala berfirman :
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا الَّذِينَ
يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ ، وَمَنْ
يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ
اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ
( المائدة : 55- 56 )
" Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan
orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa menjadikan Allah,
Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, maka
sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang ". ( QS. Al
Maidah : 55- 56 )
Allah subhanahu wata'ala memberi pemahaman kepada kita, siapakah yang
seharusnya kita jadikan sebagai tempat meminta dan memohon pertolongan
?. Allah berfirman : " Sungguh yang melindungi kalian, yang
menolong kalian dan yang bisa kalian mintai pertolongan adalah Allah dan
RasulNya serta orang-orang yang beriman ", tetapi
siapakah orang-orang yang beriman itu ?, maka Allah subhanahu wata'ala
perjelas bahwa orang yang beriman adalah mereka yang mendirikan shalat,
mereka yang menunaikan zakat, dan mereka yang memperbanyak melakukan
ruku' yaitu banyak melakukan shalat sunnah di siang hari dan malam
harinya, mereka yang dimaksud adalah para shalihin. Maka firman Allah
bahwa pelindung kalian ( manusia ) adalah Allah, RasulNya dan para
shalihin. Maka Allah melanjutkan firmanNya : " Barangsiapa yang
mengambil perlindungan dari Allah, dari RasulNya dan dari orang-orang
yang beriman, maka sungguh tentara Allah lah yang pasti akan menang ".
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kita fahami rahasia keluhuran, bagaimana jika kita meminta perlindungan
kepada Allah. Di dalam riwayat Shahih Al Bukhari, ketika nabiyullah
Ibrahim AS didekatkan dengan api Namrud, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda : " Ketika nabiyullah Ibrahim didekatkan kepada
api namrud untuk dibakar, maka kalimat terakhir yang diucapkan adalah :
حسبي الله ونعم الوكيل( Cukuplah Allah untukku dan Dialah sebaik-baik
pelindung )", maka Allah subhanahu wata'ala cukupkan
Allah sebagai pelindungnya, kemudian Allah perintahkan api itu menjadi
sejuk dan membawa keselamatan bagi nabiyullah Ibrahim As, dengan
firmanNya :
ياَنَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
( الأنبياء : 69 )
" Wahai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi
Ibrahim". ( QS. Al Anbiyaa: 69 ),
Namun Allah juga memberi kesempatan bagi kita untuk meminta
pertolongan kepada para rasul dan nabiNya, dan pemimpin para nabi dan
rasul adalah sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam,
sebagaimana Allah subhanahu wata'ala berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللَّهِ وَلَوْ
أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ
وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا
( النساء : 64(
" Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk
dita'ati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika
menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan
Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah
Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang ". ( QS. An Nisaa: 64 )
Maka ketika para sahabat merasa telah banyak berbuat dosa, maka
mereka berdatangan kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam,
dan bertobat kepada Allah dihadapan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
wasallam, lantas Rasulullah pun memohonkan pengampunan dosa untuk
mereka, maka pastilah mereka akan diampuni oleh Allah karena Allah Maha
penerima taubat dan Maha Penyayang. Tadi kita berbicara tentang tiga
pelindung bagi kita yaitu Allah, RasulNya, dan para shalihin. Yang
pertama telah saya jelaskan sekilas, yang kedua berdasarkan dalil firman
Allah dimana para shahabat berdatangan kepada Rasul untuk meminta
perlindungan atas dosa-dosa mereka agar diampuni oleh Allah subhanahu
wata'ala, dan banyak lagi riwayat Shahih Al Bukhari dimana ketika
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang berkhutbah Jum'at, maka
datanglah seorang dusun dari kejauhan, dan ketika Rasul sedang
menyampaikan khutbah maka ia menyela dan berkata : " Wahai
Rasulullah, kemarau tidak juga berakhir, hewan-hewan kami banyak yang
mati, dan pohon-pohon kekeringan, tanah pecah terbelah dan kami sudah
kehabisan air, maka mohonkanlah doa kepada Allah agar diturunkan hujan
". Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdoa.
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa sayyidina Anas bin Malik
berkata : " Saat kami keluar dari shalat Jum'at, maka Rasul
mengangkat tangan dan berdoa agar diturunkan hujan, dan belum Rasulullah
menurunkan tangannya kecuali awan-awan telah berdatangan dari segala
penjuru Madinah Al Munawwarah, dan belum selesai kami melakukan shalat
kecuali tetesan-tetesan air hujan mulai turun membasahi jenggot
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam". Maka hujan pun
turun sedemikian derasnya dan tidak berhenti selama satu minggu terus
membasahi Madinah Al Munawwarah. Dan di hari Jum'at berikutnya, ketika
Rasulullah berkhutbah maka orang dusun tadi datang dan berkata : "Wahai
Rasulullah, rumah-rumah dan tumbuhan habis, air tidak tertahan dan
banjir dimana-mana, maka mohonkan kepada Allah agar Allah menghentikan
hujan ", maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
berdoa :
اَللّهُمَّ حَوَالَيْناَ لَا عَلَيْنَا
" Ya Allah (hujan) disekitar kami saja, jangan di atas kami"
Maka Rasulullah memberi isyarat kepada awan, dan awan-awan yang
diisyaratkan pun tunduk atas intruksi dari Rasul shallallahu 'alaihi
wasallam sehingga Madinah Al Munawwarah bagaikan kubah yang bolong
karena di atasnya di sekitar Madinah awan gelap masih menggumpal dan
hujan deras, kecuali Madinah Al Munawwarah yang terik diterangi sinar
matahari dan tidak ada setetes air hujan pun. Diriwayatkan di dalam
syarah Fathul Bari dan riwayat lainnya bahwa hujan di sekitar Madinah
itu berlangsung hingga sebulan. Demikianlah permohonan meminta
perlindungan kepada Rasulullah. Begitu juga meminta perlindungan kepada
para shalihin yang mana hal ini banyak teriwayatkan dalam riwayat yang
tsiqah, diantaranya riwayat Shahih Al Bukhari kejadian yang sama di masa
Khalifah Umar bin Khattab Ra, ketika mereka dalam keadaan kemarau yang
panjang, mereka pun datang kepada sayyidina Umar bin Khattab untuk
memintakan doa kepada Allah agar diturunkan hujan, maka sayyidina Umar
bertawassul kepada sayyidina Abbas bin Abdul Mutthalib Ra dan hujan pun
turun, demikian riwayat Shahih Al Bukhari. Fahamlah kita bahwa Allah
membuka perlindunganNya dari Allah subhanahu wata'ala, dan dari para
rasulNya dan juga dari para hambaNya yang shalih.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Sampailah kita pada hadits mulia ini, firman Allah subhanahu wata'ala
dalam hadits qudsi :
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ
"Barangsiapa yang memusuhi waliKu (kekasih-Ku), orang-orang
yang Kucintai maka Aku umumkan padanya perang"
Maksudnya ia adalah musuh besar Allah jika ia membenci dan memusuhi
kekasih Allah, kecuali ia bertobat. Jika ia bertobat, maka tentunya
dimaafkan oleh Allah subhanahu wata'ala. Mengapa Allah subhanahu
wata'ala murka jika mereka para kekasihNya dibenci?, karena para kekasih
Allah tidak mempunyai sifat dendam dan mereka tidak marah tetapi yang
marah adalah Allah subhanahu wata'ala karena Allah mencintai mereka,
Allah subhanahu marah karena wali Allah yang dibenci tidak benci kepada
yang membencinya, maka Allah subhanahu wata'ala yang murka kepada orang
itu. Siapakah para kekasih Allah itu?, firman Allah dalam hadits qudsi :
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا
افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ
بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ
الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي
يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي
لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ وَمَا تَرَدَّدْتُ
عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ
الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ
Tiadalah seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah menuju keridhaan
Allah, menuju kasih sayang Allah yang beramal dengan hal-hal yang telah
diwajibkan kepadanya seperti shalat wajib, puasa ramadhan, zakat, dan
haji. ( Namun untuk saudari kita yang baru masuk Islam tidak dipaksakan
untuk melakukan hal-hal yang fardhu di dalam syariah islamiyah kecuali
semampunya saja, yang mampu dijalankan dan yang masih terasa berat
jangan dilakukan, karena iman itu butuh waktu dalam mencapai kemapanan
untuk mampu melaksanakan segala hal-hal yang fardhu ). Dan hamba itu
tidak berhenti hanya mengamalkan hal-hal yang wajib saja, tetapi
meneruskan juga dengan hal-hal yang sunnah untuk terus mendekat kepada
Allah sampai Allah mencintainya, maka ia telah menjadi kekasih Allah
karena ia mengamalkan hal-hal yang fardhu dan yang sunnah, amalan yang
seperti apa? Tentunya yang diajarkan oleh sayyidina Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam, baik amalan yang fardhu atau pun yang sunnah yang
mana yang kita ketahui kalau bukan ajaran sayyidina Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam. Kesimpulannya, ketika seseorang mengikuti ajaran sang
nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dalam kehidupannya dan
semampunya maka ia akan mencapai cinta Allah subhanahu wata'ala, dan
tidaklah seseorang mencapai derajat orang yang dicintai Allah ( Wali
Allah ) kecuali ia telah mengikuti tuntunan sayyidina Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam, beliaulah masdar al awliyaa dan manba' al
awliyaa ( sumber para wali ). Dan jikalau Allah telah mencintai
hamba-Nya, maka Allah menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk
mendengar, Allah akan menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk
melihat, Allah akan menjadi tangannya yang ia gunakan untuk membela diri
, Allah akan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Tentunya
maksudnya bukan secara makna kalimat, tetapi mengandung majas yaitu
makna kiasan. Maksudnya adalah jika seseorang telah taat kepada Allah,
selalu ingin berbuat yang luhur, selalu menghindari hal yang hina, maka
apa-apa yang ia dengar menjadi rahmat Allah subhanahu wata'ala, seperti
jika ia mendengar aib orang lain maka ia doakan orang itu, ia mendengar
cacian dan umpatan dari orang lain maka ia doakan orang itu, semua yang
ia dengar menjadi rahmat Allah subhanahu wata'ala. Semua hal yang ia
lihat menjadi rahmatnya Allah subhanahu wata'ala, misalnya ia melihat
orang berbuat dosa maka ia doakan agar ia diampuni dosanya oleh Allah
dan diberi hidayah, matanya yang melihat membawa rahmat Allah subhanahu
wata'ala, tangan dan kakinya pun demikian, hari-harinya pun demikian.
Maka maksud firman Allah dalam hadits qudsi itu adalah Allah memancarkan
rahmat dan cahayaNya dari hamba itu, melalui penglihatannya,
pendengarannya, ucapannya, dan hari-harinya penuh rahmat Allah subhanahu
wata'ala, demikianlah keadaan para wali Allah. Maka jika hamba itu
meminta kepada Allah maka Allah kabulkan permintaannya, dan jika ia
memohon perlindungan kepada Allah maka Allah akan melindunginya. Allah
melanjutkan firman-Nya dalam hadits qudsi :
وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ
الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ
"Tidaklah Aku ragu-ragu melakukan sesuatu seperti keraguanKu
ketika hendak merenggut jiwa hambaKu yang beriman, dia membenci kematian
sedang aku tak suka menyakitinya".
Yang dimaksud bukanlah Allah subhanahu wata'ala ragu dalam menentukan
sesuatu untuk hambanya, karena Allah tidak memliki sifat ragu. Al Imam
Ibn Hajar di dalam Fathul Bari bisyarah Shahih Al Bukhari mensyarahkan
makna hadits ini, bahwa yang dimaksud adalah Allah subhanahu wata'ala
merasa berat jika ingin menentukan suatu ketentuan yang bisa membuat
para kekasih-Nya kecewa. Allah tidak pernah merasa berat dalam
menentukan sesuatu, kecuali kepada para walinya karena Allah subhanahu
wata'ala tidak ingin mengecewakan mereka. Allah tidak mau mengecewakan
para kekasih-Nya, jika kekasih-Nya belum ingin wafat maka Allah tidak
mau mewafatkannya. Maka ketika Allah mengundang hamba-Nya untuk wafat
namun hamba-Nya masih ragu untuk wafat maka Allah tidak mau
mewafatkannya, Allah panjangkan usianya, kenapa? karena ia telah menjadi
kekasih Allah. Bukan berarti Allah mengikuti semua yang dia inginkan,
tetapi Allah sangat mencintainya dan tidak mau mengecewakannya. Tetapi
banyak kejadian di masa nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam,
beliau didzalimi, disakiti, dan dianiaya ?!, ingat ucapan Allah
subhanahu wata'ala :
وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ
" Dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan
melindunginya "
Namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak ingin musuhnya
celaka, maka beliau diam saja atas perbuatan musuh-musuhnya, sampai jika
sesuatu itu membahayakan muslimin barulah beliau bertindak membela
diri, tetapi jika hanya membahayakan dirinya sendiri maka beliau hanya
bersabar dan bertahan, beliau tidak ingin kecelakaan terjadi pada
musuh-musuhnya dan beliau masih berharap mereka bertobat dan kembali
kepada keluhuran. Sebagaimana dalam riwayat Shahih Al Bukhari di saat
perang Uhud ketika panah menembus tulang rahang Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, maka di saat itu darah mengalir Rasulullah sibuk
menahan darah agar tidak sampai jatuh ke tanah, para sahabat berkata: "
wahai Rasulullah biarkan saja darah itu mengalir ", diriwayatkan
oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih
Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menahan darah
yang mengalir jangan sampai jatuh ke tanah, karena Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : " Kalau ada setetes darah
dari wajahku yang jatuh ke tanah, maka Allah akan tumpahkan musibah yang
dahsyat bagi mereka orang-orang Quraisy yang memerangiku ". Allah
murka jika ada setetes darah dari wajah Rasulullah sampai tumpah ke
bumi, maka Rasulullah menjaga agar jangan sampai ada setetes darah pun
yang mengalir ke bumi, dan beliau tidak peduli ada panah yang menancap
di rahang beliau, beliau memikirkan jangan sampai musibah turun kepada
orang yang memeranginya. Inilah sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi
wasallam .
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Demikian pula perbuatan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam
kepada sayyidina Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul, sebagaimana
dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa dia adalah seorang yang beriman
tetapi ayahnya adalah pemimpin munafik yang paling jahat kepada nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, berkelompok dengan orang-orang
yang memusuhi nabi, mengabarkan berapa jumlah tentara nabi, berapa
senjatanya, kapan keluar Madinah, kapan masuk Madinah, kapan perdagangan
di Madinah, kapan orang-orang Madinah berdagang keluar dan lainnya,
semua itu yang membocorkannya adalah Abdullah bin Ubay bin Salul,
sungguh jahat sekali tetapi anaknya adalah orang yang beriman, ia
bernama Abdullah juga. Maka sayyidina Abdullah datang kepada Rasul dan
berkata : " Wahai Rasulullah, ayahku sudah sakaratul maut dan
tidak ada yang mau mengurus jenazahnya ", kenapa? karena
teman-temannya yang munafik tidak mau mengurus jenazahnya, mereka takut
jika mereka mnegurusi jenazahnya maka orang-orang muslim mengetahui
bahwa mereka adalah pengikut Abdullah bin Ubay juga, sedangkan
orang-orang muslim juga tidak mau mengurusi jenazah itu karena
jelas-jelas yang wafat adalah pimpinan orang munafik yang sangat jahat,
dimana ketika orang muslim mengirim bahan makanan atau ke Madinah
dimonopoli oleh Abdullah bin Ubay, mau mengirimkan bantuan atau
perdagangan ke Madinah dirampok karena kapalnya sudah dibocorkan oleh
Abdullah bin Ubay, justru mereka orang muslim senang dengan wafatnya
Abdullah bin Ubay bin Salul. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bangkit dan berdiri untuk mengurus jenazah Abdullah bin Ubay
bin Salul, maka sayyidina Umar berkata : " Wahai Rasulullah, dia
pimpinan munafik jangan engkau urus jenazahnya ", maka
Rasulullah berkata: " biarkan aku wahai Umar ", maka
Rasulullah lah yang memandikannya, Rasul yang mengkafaninya , Rasul
yang menshalatinya, Rasul yang menurunkannya ke kuburnya, Rasul yang
mendoakannya, lalu turunlah ayat :
وَلَا تُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَى
قَبْرِهِ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ
فَاسِقُونَ
( التوبة : 84 )
" Dan janganlah kamu sekali-kali menyolatkan (jenazah) seorang
yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di
kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan
mereka mati dalam keadaan fasik." ( QS. At Tawbah : 84 )
اسْتَغْفِرْ لَهُمْ أَوْ لَا تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ إِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ
سَبْعِينَ مَرَّةً فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ
كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ
الْفَاسِقِينَ
( التوبة : 80 )
" Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan
ampun bagi mereka (adalah sama saja). Meskipun kamu memohonkan ampun
bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi
ampun kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir
kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum
yang fasik." ( QS. At Tawbah : 80 )
Di dalam ayat ini ada makna yang tersembunyi, dijelaskan oleh guru
mulia kita Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin
Hafizh menukil makna syarh ayat ini bahwa Allah subhanahu wata'ala
sangat mencintai nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Nabi
Muhammad tidak menentang Allah, beliau diciptakan oleh Allah penuh
dengan sifat lemah lembut, maka Allah biarkan beliau mengurus jenazah
Abdullah bin Ubay, dan setelah semua selesai barulah turun larangan dari
Allah subhanahu wata'ala, maksudnya supaya orang munafik yang lain tau
bahwa jenazah orang yang seperti itu tidak boleh dishalati sehingga
mereka mau bertobat . Kalau seandainya Allah subhanahu wata'ala
betul-betul tidak menginginkannya, maka sebelum Rasulullah melakukannya
pastilah dilarang tetapi justru Allah melarang setelah Rasulullah
melakukannya, supaya menjadi pelajaran bagi orang munafik yang lainnya
untuk tidak memusuhi dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Lalu Rasulullah berkata kepada sayyidina Umar : " Wahai Umar,
engkau lihat firman Allah bahwa aku tidak boleh memohonkan pengampunan
untuk Abdullah bin Ubay bin Salul karena Allah tidak mau mengampuninya
walaupun 70 kali aku memohonkan pengampunan, wahai Umar kalau aku tau
bahwa Allah akan mengampuninya jika kumintakan pengampunan lebih dari 70
kali, maka akan kumintakan pengampunan untuk Abdullah bin Ubay bin
Salul ", misalnya Allah menuntut harus 1000 kali nabi
memintakan pengampunan untuk Abdullah bin Ubay maka beliau akan mintakan
pengampunan itu demi keselamatan Abdullah bin Ubay bin Salim dari
kemurkaan Allah subhanahu wata'ala. Demikian mulianya sayyidina Muhammad
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Dan hubungan Rasulullah dengan mereka yang non muslim tetap baik,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak memusuhi orang-orang yang
tidak memusuhi muslimin. Ketika dalam perang Tabuk yang terjadi pada
bulan Sya'ban, dimana raja Yohana telah mengikuti Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam walaupun dia tidak masuk Islam, namun dia tunduk
kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, maka Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam mengajukan kepadanya untuk membayar jizyah ;
seperti zakat tetapi untuk non muslim, jika untuk orang muslim disebut
zakat dan untuk orang non muslim disebut Jizyah. Jizyah itu jauh lebih
kecil dari zakat, maka sebagian orang non muslim berkata : " orang
muslim kejam, orang non muslim kok harus bayar jizyah ", tidak
demikian justru lebih ringan karena untuk orang muslim ada 7 macam
zakat, diantaranya zakat fitrah, zakat tijarah, zakat tsimar, zakat
ma'din, zakat rikaz, zakat hewan ternak, dan zakat emas dan perak,
tetapi kalau non muslim hanya satu saja yang disebut dengan jizyah.
Ketika dia ( raja Yohana ) telah membayar jizyah, maka Rasulullah
menulis surat yang berisi : " Bismillahirrahmanirrahim, dari
Muhammad Nabiyullah dan Rasulullah, dengan ini aku telah menuliskan dan
mengamanatkan bahwa raja Yohana telah membuat perjanjian denganku, maka
dia aman, hartanya, perahu-perahunya yang dan kendaraan-kendaraannya
kesemuanya aman, dia aman di darat dan di laut dengan jaminan
keselamatan Allah dan Rasul-Nya". Rasulullah yang
menjamin keselamatannya, Rasul yang menjamin ia agar terjaga dari
gangguan-gangguan orang lain dan musuh-musuhnya. Dan diriwayatkan dalam
Shahih Al Bukhari ketika salah seorang Yahudi memohon izin untuk tinggal
di rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka Rasul izinkan,
bukan melarangnya atau mengatakan : " kamu najis, tidak boleh
masuk ke rumahku ", tidak demikian Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam. Maka pemuda Yahudi itu pun tinggal bersama Rasul,
duduk bersama Rasul, makan bersama Rasul, tidur seatap dengan Rasul
shallallahu 'alaihi wasallam. Kita mengetahui yang masuk ke rumah Rasul
tidak sembarang orang, tetapi pemuda Yahudi ini bahkan tinggal bersama
Rasul berkhidmah kepada beliau, membawakan makanan dan pakaian nabi
tetapi beliau tidak memaksakannya untuk masuk kedalam Islam sampai
pemuda itu sakit, ketika sakit ia pulang ke rumahnya dan tidak lagi
datang ke rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka Rasulullah
menjenguknya ke rumahnya bukannya Rasul senang atau mengatakan : "
baguslah orang non muslim itu keluar dan tidak lagi datang ke rumahku
", tidak demikian bahkan Rasul menjenguknya dan
sesampainya beliau di rumah pemuda itu, beliau dapati pemuda itu sudah
sakaratul maut, di saat itulah Rasul shallallahu 'alaihi wasallam
membisikkan kepadanya : " katakan : " Laa Ilaaha Illallaah
Muhammad Rasulullah ", maka pemuda itu melihat kepada ayahnya
yang juga orang Yahudi apakah ayahnya mengizinkannya atau tidak untuk
mengucapkan kalimat itu, maka ayahnya berkata : " Taatilah Abu Al
Qasim ", maka anaknya pun mengucapkan kalimat Laa Ilaaha
Illallaah Muhammad Rasulullah kemudian wafat, maka Rasulullah pun
memakamkannya kemudian pulang ke rumah dengan wajah yang bersinar dan
terang benderang bagaikan sinar bulan purnama karena begitu gembiranya .
Maka para sahabat bertanya : " Wahai Rasulullah, apa yang
membuatmu gembira sehingga engkau terlihat begitu terang benderang ", maka
Rasulullah berkata : " Aku sangat gembira karena Allah telah
memberinya hidayah ". Hadirin hadirat, orang yang paling
menginginkan semua non muslim masuk Islam adalah nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam, namun beliau mengetahui adab kepada Allah
bahwa Allah lah yang memilihkan hidayah, mana yang dikehendaki dan mana
yang belum dikehendaki Allah subhanahu wata'ala.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Maka kita fahami rahasia keluhuran bagaimana Allah subhanahu wata'ala
mencintai kekasih-kekasihNya, para nabi dan wali-Nya. Dan kita lihat
dalam beberapa hari ini kita sudah kehilangan dua orang Al Arif Billah ;
As Syaikh Muzhir bin Abdurrahman An Naziri Al Hasani dan Fadhilah As
Sayyid Al Arif billah Al Habib Husain bin Umar bin Hud Al Atthas
'alaihima rahmatullah wamaghfiratullah. Sungguh Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam telah bersabda riwayat Shahih Al Bukhari :
يَذْهَبُ الصَّالِحُونَ الأَوَّلُ فَاْلأَوَّلُ وَيَبْقَى حُفَالَةٌ
كَحُفَالَةِ الشَّعِيرِ أَوِ التَّمْرِ لاَ يُبَالِيهِمُ اللَّهُ بَالَةً
( صحيح البخاري )
“Orang-orang shalih telah pergi (wafat), satu per satu, sampai
tidak tersisa seorangpun kecuali manusia-manusia yang buruk, ibarat
sampah gandum atau ampas kurma yang Allah tidak lagi mempedulikan mereka
sedikitpun." ( Shahih Al Bukhari )
Akan terus wafat para shalihin satu persatu meninggalkan bumi, sampai
nanti tersisa orang-orang yang tidak lagi peduli dengan Allah, dan
Allah pun tidak peduli dengan keadaan mereka. Maka semoga Allah
menumbuhkan lagi generasi shalihin yang baru, amin.
Hadirin hadirat, dan yang perlu saya sampaikan adalah agar kita
selalu menjalin hubungan baik khususnya dengan Allah subhanahu wata'ala,
dengan memperbanyak ibadah, memperbanyak sujud, memperbanyak kemuliaan,
ingatlah beberapa hari lagi kita akan sampai ke bulan Ramadhan yang
digelari dengan syahrussujud, bulan seribu sujud , karena kalau kita
shalat tarawih setiap malam 20 raka'at dan witir 3 rakaat maka jumlahnya
23 raka'at, dalam 1 rakaat 2 kali sujud berarti jika tarawihnya setiap
malam 20 rakaat maka setiap malam 40 sujud dikalikan 30 hari = 1200
sujud dalam satu bulan, itu shalat tarawihnya saja , belum lagi ditambah
witir dan shalat sunnah yang lainnya, maka bulan Ramadhan itu digelari
bulan seribu sujud karena muslimin melakukan shalat Tarawih di bulan itu
sehinnga melakukan sujud lebih dari 1000 kali sujud. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda diriwayatkan di dalam Shahih Al
Bukhari :
حَرَّمَ اللهُ عَلَى النَّارِ أَنْ تَأْكُلَ أَثَرَ السُّجُوْدِ
" Allah mengharamkan api neraka memakan ( menyentuh ) bekas
sujud " ( Shahih Al Bukhari )
Anggota tubuh yang digunakan untuk bersujud tidak boleh disentuh oleh
api neraka, demikian Allah haramkan kepada api neraka untuk tidak
menyentuh anggota sujud. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda riwayat Shahih Muslim :
أَقْرَبُ اْلعَبْدُ إِلَى اللهِ مَنْزِلَةً وَهُوَ سَاجِدٌ
“Keadaan yang paling dekat antara seorang hamba dengan Allah SWT
yaitu ketika dia sedang sujud”
Diriwayatkan dalam Shahih Muslim bahwa sayyidina Tsauban Ra ditanya
oleh para sahabat apakah amal yang paling dicintai Allah, maka ia diam
sehingga para sahabat terus mendesaknya akhirnya ia pun berkata : "
pertanyaanmu sudah pernah kutanyakan kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, dan Rasulullah berkata : " perbanyaklah sujud ",
karena barangsiapa yang sujud satu kali sujud maka terangkatlah
dosanya, dan derajatnya terangkat semakin dekat dengan Allah setiap kali
ia sujud. Diriwayatkan oleh sayyidina Rabi'ah bin Ka'ab Ra dalam Shahih
Muslim ia berkata : " ketika aku berkhidmat kepada nabi selama
berhari-hari, aku membawakan makanannya, minumannya, dan air wudhunya
kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, sampai ketika aku
pamit maka beliau berkata : " mintalah apa yang engkau inginkan dariku
", maka sayyidina Rabi'ah bin Ka'ab berkata : "
Wahai Rasulullah, aku meminta agar aku bisa bersamamu kelak di surga,
sebagaimana aku menemanimu di dunia, aku ingin pula bisa menemanimu di
surga ", maka Rasulullah menjawab : " Bantulah aku
untuk mendapatkan keinginanmu dengan memperbanyak sujud ".
Hadirin hadirat, bulan Ramadhan adalah bulan suci semoga rahasia
kemuliaan sujud berlimpah kepada kita, dan semoga Allah memuliakan kita
dengan keluhuran sujud, dengan cahaya sujud dan kesejukan sujud. Bukakan
bagi kami kelezatan sujud, keindahan sujud sehingga kami asyik bersujud
mensucikan nama-Mu wahai Yang Pada-Mu kami bersujud, sebagaimana telah
Engkau tundukkan kami untuk hanya sujud kepada-Mu, maka tundukkan hati
kami untuk tidak tunduk dan sujud kecuali hanya kepada-Mu wahai Allah,
jadikanlah penolong kami adalah dzat-Mu , jadikanlah penolong kami
adalah Rasul-Mu, jadikanlah penolong kami adalah para shalihin-Mu Ya
Rahman Ya Rahim. Ya Allah limpahkan keberkahan kepada kami di bulan
Sya'ban dan sampaikan kami pada keberkahan bulan Ramadhan. Ya Rahman Ya
Rahim muliakan semua yang hadir di malam hari ini, dan jangan satu pun
dari hajat kami yang tertolak, arahkan takdir kami selalu kepada
keluhuran dan kebahagiaan , jangan sampai arah takdir kami menuju
musibah dan kesusahan kecuali Engkau palingkan arah takdir kami, arah
kehidupan kami kepada hal-hal yang Engkau ridha, kepada hal-hal yang
Engkau cinta, kepada hal-hal yang Engkau muliakan, dan limpahkanlah
rahmat dan kemuliaan lebih dari yang aku minta, limpahilah hajat lebih
dari yang kami mohon, Engkau selalu memberi lebih dari yang kami minta,
jika aku beramal dengan satu amal maka Engkau membalasnya dengan sepuluh
kali hingga tujuh ratus kali lipat, kami meminta satu doa maka berilah
kami sepuluh hajat hingga tujuh ratus hajat, Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzal
Jalaly wal Ikram Ya Dazttawli wal In'am …
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ
إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ
إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ
السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ... مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ
عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ
اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
Selanjutnya saya mohonkan kesediaannya untuk mengikuti tahlil dan doa
untuk ayahanda saya Fadhilah As Sayyid Al Maghfur Al Habib Fuad bin
Abdurrahman bin Ali Al Musawa, di masa kecil saya kalau membaca Al
qur'an saya selalu dipanggil dan didudukkan di pangkuannya, di saat itu
saya belum mengetahui maknanya tetapi saya tidak boleh bermain kecuali
harus berada di dekat beliau saat beliau membaca Al Qur'an, beliau
selalu menghadiahkan hafalan Al Qur'an untuk kesemua anaknya dan selalu
mendoakan mereka. Ketika saya akan berangkat ke Yaman tahun 1994 ,
beliau sangat berat dan sedih untuk melepas keberangkatan saya, beliau
hanya memberikan tangannya untuk saya menciumnya lantas saya
meninggalkan beliau, terlihat beliau membuang muka menandakan tidak
ridha, tetapi ketika saya hampir naik ke mobil, beliau membuka pintu
rumah dari jauh beliau melihat saya dengan berlinang air mata, ternyata
beliau memalingkan wajah ketika saya akan pergi bukan berarti tidak
ridha tetapi beliau tidak ingin saya melihat air mata beliau mengalir
karena sedih untuk berpisah karena setelah itu saya tidak berjumpa lagi
dengan beliau ,itulah pemandangan terakhir saya melihat beliau, ketika
saya di Yaman beliau sudah wafat. Semoga Allah subhanahu wata'ala
memuliakan beliau, amin. Mari kita membacakan tahlil untuk beliau dan
juga untuk As Syaikh Mudh-hir bin Abdurrahman An Nadhiri Al Hasani dan
Sayyid Al Arif billah Al Habib Husain bin Umar bin Hud Al Atthas …
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar