1. Istiqomah, yaitu
kokoh dalam dalam aqidah dan konsisten dalam beribadah. Begitu
pentingnya Istiqomah ini sampai Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa
sam berpesan kepada seseorang seperti dalam
hadits berikut:
عن أبي
سفيان بن عبد الله رضي الله علنه قال: قلت يا رسول الله، قل لي فى
الإسلام قولا لا أسأله عنه أحدا غيرك، قال: قل آمنت بالله ثم
استقم (رواه مسلم)
Dari Abu Sufyan bin Abdillah Radhiallahu ‘anhu
berkata: Aku telah berkata, “wahai rasulullah katakanlah kepadaku pesan
dalam Islam sehingga aku tidak perlu berkata pada orang lain selain
engkau. Nabi menjawab,”katakanlah aku telah beriman kepada Allah
kemudian beristiqomahlah”.
Orang yang istiqomah selalu kokoh dalam aqidah
dan tidak goyang keimanan bersama dalam tantangan hidup. Sekalipun
dihadapkan pada tantangan hidup, ibadah tidak ikut redup, kantong kering
atau tebal, tetap memperhatikan haram halam, dicaci dipuji, sujud
pantang berhenti, sekalipun ia memiliki fasilitas, ia tidak tergoda
melakukan kemaksiatan.
Orang seperti itulah yang dipuji Allah
Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-qura’an surat fusilat ayat 30
.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ
اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمْ
الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا
بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengataka:”tuhan kami
ialah Allah’ kemudian mereka meneguhakan pendirian mereka, maka malaikat
akan turun kepada mereka (dengan mengetakan):”janganlah kamu merasa
takut, dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah dengan syurga
yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
2. Istikharah, selalu mohon petunjuk kepada Allah
dalam setiap langkah dan penuh pertimbangan dalam setiap keputusan.
Setiap orang
mempunyai kebebasan untuk berbicara dan melakukan suatu perbuatan. Akan
tetapi menurut Islam, tidak ada kebebasan yang tanpa batas, dan
batas-batas tersebut adalah aturan-aturan agama. Maka seorang muslim
yang benar, selalu berfikir berkali-kali sebelum melakukan tindakan atau
mengucapakan sebuah ucapan serta ia selalu mohon petunjuk kepada
Allah.
Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah
bersabda:
من كان يؤمن
بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت.(رواه البخاري ومسلم عن
أبي هريرة
Barang siapa yang beriman kepad Allah dan hari
akhir, maka berkatalah yang baik atau diamlah. (HR Al-bukhari dan
muslim dari Abu Hurairah)
Orang bijak berkata “Think today and speak tomorrow”
(berfikirlah hari ini dan berbicaralah besok).
Kalau
ucapan itu tidak baik apalagi sampai menyakitkan orang lain maka
tahanlah, jangan diucapakn, sekalipun menahan ucapan tersebut terasa
sakit. Tapi apabila ucapan itu benar dan baik maka katakanlah jangan
ditahan sebab lidah kita menjadi lemas untuk bisa meneriakkan kebenaran
dan keadilan serta menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.
Mengenai kebebasan ini,
malaikat jibril pernah datang kepada Nabi muhammad Shallahu ‘alai wa
salam untuk memberikan rambu kehidupan, beliau bersabda:
أتاني جبريل
فقال: يا محمد عش ما شئت فإنك ميت، وأحبب ما شئت فإنك مفارق، واعمل
ما شئت فإنك مجزي به. (رواه البيهقي عن جابر
Jibril telah datang
kepadaku dan berkata: Hai Muhammad hiduplah sesukamu, tapi sesungguhnya
engkau suatu saat pasti akan mati, cintailah apa yang engkau sukai tapi
engkau suatua saat pasti berpdisah juga dan lakukanlah yang engkau
inginkan sesungguhny semua itu ada balasannya.(HR. Baihaqi dan Jabir)
Sabda Nabi Shallahu
alihi wasalam ini semakin penting untuk diresapi ketika akhir akhir ini
dengan dalih kebebasan, banyak orang berbicara tanpa logika dan data
yang benar dan bertindak sekehaendaknya tanpa mengindahkan etika agama.
Para pakar barang kali untuk saat saat ini, lebih bijaksana untuk banyak
mendengar daripada berbicara yang kadang kadang justru
membingungkan masyarakat.
Kita memasyarakatkan istikharah dalam segala
langkah kita, agar kita benar benar bertindak secara benar dan tidak
menimbulkan kekecewaan di kemudian hari.
Nabi
Muhammad Shallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
ما خاب من استخار ولا ندم من استشار ولا
عال من اقتصد.
Tidak rugi orang yang beristikharah, tidak
akan kecewa orang yang bermusyawarah dan tidak akan miskin orang yang
hidupnya hemat. (HR. Thabrani dari Anas)
2.
Istighfar, yaitu selalu introspeksi diri dan mohon ampunan
kepada Allah.
Setiap orang
pernah melakukan kesalahan baik sebagai individu maupun kesalahan
sebagai sebuah bangsa. Setiap kesalahan dan dosa itu sebenarnya penyakit
yang merusak kehidupan kita. Oleh karena itu ia harus diobati.
Tidak
sedikit persoalan besar yang kita hadapi akhir akhir ini yang
diakibatkan kesalahan kita sendiri. Saatnya kita instrospeksi masa lalu,
memohon ampun kepada Allah, melakukan koreksi untuk menyongsong masa
depan yang lebih cerah dengan penuh keridloaan Allah.
Dalam persoalan ekonomi, jika rizki Allah tidak
sampai kepada kita disebabkan karena kesalahan kita, maka yang diobati
adalah sifat malas itu. Kita tidak boleh menjadi umat pemalas. Malas
adalah bagian dari musuh kita. Jika kesulitan ekonomi tersebut, karena
kita kurang bisa melakukan terobosan-terobosan yang produktif maka
kreatifitas dan etos kerja umat yang harus kita tumbuhkan.
Allah
berfirman yang mengisahkan seruan Nabi hud Alaihissalam, kepada kaumnya:
وَيَاقَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ
ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلْ السَّمَاءَ
عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ
وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
“dan (Hud) berkata, hai
kaumku, mohonlah ampun kepada tuhanmu lalu bertaubatlah kepadakNya,
niscaya di menurunkan hujan yang sangat deras atasmu dan dia akan
menambahkan kekuatan dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”
(QS. 52)
Sekali
lagi, tiada kehidupan yang sepi dari tantangan dan godaan. Agar kita
tetap tegar dan selamat dalam berbagai gelombang kehidupan, tidak bisa
tidak kita harus memiliki dan melakukan tiga amalan di
atas yaitu Istiqomah, Istikharah, Isrighfar.
Mudah
mudahan Allah memberi kekuatan kepada kita untuk menatap masa depan
dengan keimanan dan rahmayNya yang
melimpah. Amin
Disusun oleh Ustadz Abbas Sofwan, Lc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar