الله أكبر كبيرا والْحَمْدَ ِِِِِِِِِلله كثيرا
وسبحان الله بكرة الله وأصييلا إنَّ الحمدَ لله نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرٍٍٍُِهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوذُ
بِالله مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِناَ، مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ،
اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَعَلَى
الِهِ وَصَحْبِهِ وَأَتْبَاعِهِ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِِ الدِّيْنٍٍِِِ،
أمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الله، أُوصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَا الله
فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وقال تعالى:
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ
يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا ﴿٦٦﴾
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءنَا
فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا ﴿٦٧﴾ رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ
الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا ﴿٦٨﴾ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ آذَوْا مُوسَى فَبَرَّأَهُ اللَّهُ
مِمَّا قَالُوا وَكَانَ عِندَ اللَّهِ وَجِيهًا ﴿٦٩﴾ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ﴿٧٠﴾
[الأحزاب:66-70]
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Di pagi hari yang manandai
datangnya hari pertama bulan Syawal ini, yang juga kita kenal dengan
Hari Raya Iedul Fitri, kita berada dalam suasana gembira tapi juga
sedih. Gembira karena kita telah berhasil kembali dari medan juang
sebulan penuh dengan kemenangan yang gilang gemilang. Tapi juga sedih,
karena telah ditinggal pergi bulan Ramadhan yang penuh berkah dan penuh
kenangan.
Ya Allah, apakah kami masih bisa bertemu kembali dengan bulan
Ramadhan di tahun yang akan datang?
Ya, apakah kita kira-kira masih bertemu dengan bulan Ramadhan di
tahun yang akan datang? Ramadhan dipastikan insya Allah tetap akan
datang. Tapi ketika Ramadhan itu datang apakah kita masih hidup? Adalah
sesuatu yang semua kita tak tahu.
إِنَّ اللَّهَ عِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ
وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي
نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ
تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ ﴿٣٤﴾
Sesungguhnya hanya Allah yang pengetahui tentang hari kiamat; dan
Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim.
Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang
akan bisa diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat
mengetahui (kapan dan) di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Lukman: 34)
Peringatan soal kematian ini, adalah merupakan keniscayaan hidup.
Bukan hanya relevan untuk yang telah berusia lanjut. Bukan hanya untuk
yang sekarang sedang sakit. Bukan hanya untuk rakyat yang kesulitan
mencari sesuap nasih. Bukan hanya untuk kaum jelata. Tapi kematian itu
adalah keniscayaan untuk semua manusia dari semua kalangan. Untuk para
pemuda. Untuk orang yang sekarang dalam kondisi sehat wal afiat. Untuk
yang memiliki harta melimpah. Untuk para pejabat.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا
تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah
kepada Kami kamu dikembalikan. (Al-Ankabut: 57)
Ya Allah, kami tak tahu kapan ajal kami tiba. Ya Allah, tapi kami
masih menginginkan bisa bertemu dengan bulan Ramadhan lagi. Ya Allah,
bulan Ramadhan cepat sekali berlalu. Kami merasakan seakan baru kemarin
bulan Ramadhan itu datang, tapi kini ia telah pergi. Ya Allah, kami
berharap itu bukan pertemuan kami yang terakhir dengan bulan Ramadhan.
Kami masih menginginkan berjumpa dengan bulan Ramadhan, yang penuh
berkah ini ya Allah.
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Sholat ‘Iedul Fithri rahimakumullah,
Memang kita semua masih mengingingkan bertemu kembali dengan bulan
Ramadhan. Tapi rasanya tak mungkin kita semuanya bisa bertemu lagi.
Pasti di antara kita ada yang segera dipanggil oleh Allah, sebelum bulan
Ramadhan datang lagi. Mungkin anak kita. Mungkin orang tua kita.
Mungkin Isteri kita. Mungkin suami kita. Mungkin sahabat kita. Bahkan,
mungkin diri kita sendiri.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاء أَجَلُهُمْ
لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang
waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak
dapat (pula) memajukannya. (Al-A’raf: 34)
Bukan kami mengajak kita semua meratap. Meratapi kepergian Ramadhan
dan meratapi kematian yang pasti datang.Tapi itulah kenyataan, bahwa
setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Hidup ini ternyata tidak
lama. Bisa seakan-akan hanya sekejap. Maka, sudahkah kita siap berpisah
dengan dunia ini. Sudahkah kita siap meninggalkan harta benda yang kita
kumpulkan. Sudahkah kita siap meningglkan rumah yang kita bina setiap
hari. Wahai kaum wanita sudahkah anda siap ditinggalkan suami? Wahai
kaum laki laki sudahkah kita siap ditinggalkan isteri? Wahai para orang
tua sudahkah kita siap ditinggalkan anak-anak kita? Wahai para pemuda,
para remaja dan anak-anak apakah kalian telah siap ditinggalkan orang
tua?
Dan yang lebih penting lagi, sudahkah sewaktu-waktu kita siap mati
mempertanggungjawabkan apa saja yang kita lakukan di dunia ini di
hadapan Allah? Di hadapan Allah secara langsung; tak ada yang bisa kita
rekayasa dan tak ada yang bisa kita sembunyikan.
لِّلَّهِ ما فِي السَّمَاواتِ وَمَا فِي الأَرْضِ
وَإِن تُبْدُواْ مَا فِي أَنفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُم بِهِ
اللّهُ فَيَغْفِرُ لِمَن يَشَاء وَيُعَذِّبُ مَن يَشَاء وَاللّهُ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau
kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan
kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang
dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu. (Al-Baqarah: 284)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Sekali lagi kami tidak megajak
kita meratap. Tapi kami mengajak kita semua menyadari kenyataan ini.
Bahwa bulan Ramadhan telah pergi, dan kita belum tentu bisa bertemu
kembali.
Allahu akbar 3x walillahilhamd. Allah berfirman:
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ﴿٦﴾ فَإِذَا فَرَغْتَ
فَانصَبْ ﴿٧﴾ وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ ﴿٨﴾
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (An-Nasyrah: 7-8)
Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, kita telah lakukan ibadah
di bulan Ramadhan. Meskipun kita belum tentu bertemu lagi dengan bulan
Ramadhan, yang pasti sekarang masih ada waktu. Allah mengarahkan, ketika
kita sudah menyelesaikan suatu urusan maka kita harus segera
mengerjakan urusan yang lain. Apalagi memang bulan Ramadhan adalah bulan
yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan, maka aplikasinya itulah yang
harus kita wujudkan dalam sebelas bulan ke depan.
Dan sesungguhnya inilah, yaitu pasca Ramadhan, yang menentukan ibadah
kita di bulan Ramadhan itu berhasil atau tidak. Apakah puasa yang kita
lakukan ada pengaruhnya dalam kehidupan kita setelah Ramadhan? Apakah
shalat tarawih yang kita laknasanakan ada dampaknya? Bacaan Al-Qur’an
yang kita lakukan di bulan Ramadhan apakah ada bekasnya? Atau semuanya
itu pergi bersamaan dengan perginya bulan Ramadhan? Kalau semua itu
pergi bersamaan dengan perginya bulan Ramadhan, maka itulah yang
disinyalir oleh Nabi Muhammad Saw:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ
إِلاَّ الْجُوعُ وَكَمْ مِنْ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ
السَّهَرُ
“Banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan apa-apa
kecuali lapar dan dahaga. Dan banyak yang melakukan shalat tarawih, juga
tak dapat apa-apa kecuali hanya begadang saja.” (Hr. Ahmad)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Di bulan Ramadhan, dengan puasa,
kita telah dilatih untuk hidup dengan sangat berhati-hati. Bukan saja
dalam persoalan yang makruh dan yang haram, tapi sampai dalam persoalan
yang mubah dan halal. Kita tidak saja menjauhi makanan yang haram dan
perzinaan dengan perempuan atau laki-laki lain. Tapi kita dilatih
mengendalikan diri untuk makan makanan yang halal yang telah menjadi
milik kita dan juga berhubungan dengan isteri atau suami yang sah.
Silakan dibayangkan betapa sangat hebat pendidikan puasa ini. Kalau kita
telah mampu mengendalikan diri dari hal-hal yang halal, maka tentu saja
seharusnya lebih mampu untuk mengendalikan diri dari hal-hal yang
jelas-jelas haram. Inilah jalan menuju ketakwaan.
Rasulullah bersabda:
لاَ يَبْلُغُ الْعَبدُ أنْ يَكُونَ منَ المُتَّقِينَ
حَتَّى يَدَعَ مَا لاَ بَأسَ بِهِ، حَذَراً مِمَّا بِهِ بَأسٌ) رواه
الترمذي)
“Tidaklah seseorang bisa mencapai derajad takwa, sehingga ia
mampu menggalkan sesuatu yang tidak apa-apa karena takut terjerumus
kepada sesuatu yang berhaya.” (Hr. Tirmidzi)
Puasa juga mengajarkan kita untuk tidak menyepelekan sesuatu yang
dilarang meskipun itu sangat kecil atau sedikit. Selama kita berpuasa,
kita betul-betul menjaga agar mulut kita tidak sampai kemasukan air
meski hanya setetes. Subhanallah, bayangkan dengan puasa, sampai sekecil
ini kita jaga.
Dan yang sangat hebat lagi, dan ini tidak ada kecuali dalam ajaran
iman, segala aturan puasa itu kita lakukan semata-mata karena Allah.
Kita tak mau pura-pura berpuasa, padahal kita kalau mau tentu sangat
mudah. Mengapa? Karena kita merasa Allah melihat kita di mana pun kita
berada. Kita tak bisa dusta di hadapan Allah. Kita tak bisa bersandiwara
di hadapan Allah.
Jadi puasa, mengantarkan kita sampai pada derajat ihsan. Yaitu,
beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya, atau paling tidak merasa
dilihat oleh Allah.
Tentu saja kondisi yang sedemian amat positif dari ajaran puasa, tak
boleh sirna bersamaan dengan perginya bulan Ramadhan. Allah ingin agar
kita tetap berhati-hati seperti itu di bulan-bulan-Nya yang lain.
Marilah kita bayangkan, prilaku kehati-hatian yang sedemikian sangat
hebat itu andaikata benar-benar mewarnai kehidupan kita secara umum.
Masya Allah maka betapa indahnya kehidupan ini.
Marilah kita bayangkan di daerah dan di negeri kita ini, apa yang
tejadi bila kita mengejahwantahkan ajaran puasa ini. Sehingga, kita
tidak ada yang berbuat mubazir, tidak makan yang haram, tak ada
perzinaan dan perselingkuhan, tak ada judi, tak ada minum-minuman keras,
tak ada korupsi atau kolusi meski Rp 100, sebagaimana kita tak mau
minum air meski hanya setetes karena takut puasa menjadi batal. Dan itu
kita lakukan dengan penuh kesadaran, bukan karena ada polisi, bukan
karena ada jaksa, bukan karena ada KPK, pendek kata bukan semata-mata
karena adanya penglihatan manusia, tapi karena kita merasa di awasi oleh
Allah yang Mahamelihat, maka betapa kira-kira adil dan makmurnya daerah
dan negeri kita ini. Pastilah benar-benar terwujud kemanan,
kesejahteraan dan kedamaian. Tampil menjadi daerah dan bangsa yang
sangat maju dan terdepan.
Kalau itu terjadi, dan memang harus kita upayakan agar bisa terwujud,
maka persoalan ekonomi, persoalan kekayaan alam, persolan lapangan
kerja, dengan sendirinya tak akan ada masalah. Semua masalah terjadi
sesungguhnya adalah karena tak terkendalikannya hawa nafsu.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ وَلَكِن
كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, (mereka durhaka
dengan banyak berbuat dosa), maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya. (Al-A’raf: 96).
Maka lewat mimbar yang mulia di hari raya Idul Fitri ini kami ingin
mengumandangkan, telah tiba saatnya kita bangun momumen pembanguan yang
benar. Yaitu pembangunan jiwa atas dasar takwa. Kami ingin serukan, tak
perlu lagi kita terlalu menggembar-gemborkan pembanguan fisik, tapi kita
perlu membangun rohani. Tak perlu kita memuja ilmu pengetahuan dan
tehnologi, tapi kita perlu moral. Tak perlu kita hanya membangun sesuatu
yang bisa dilihat, tapi kita perlu mendidik manusia agar bisa melihat.
Allahu akbar 3x walillahilhamd. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Telah sangat nyata, bahwa kesulitan dan bahaya yang kita hadapi di
daerah kita ini dan juga di negara kita bahkan dunia, adalah krisis
moral, krisis hati dan krsisis iman. Kita tidak menderita krisis ekonomi
sebenarnya, tapi kita menderita krisi hati. Kita pun tak terbelakang
karena ilmu pengetahuan dan intelektual. Bukan karena kita tak cerdas.
Bukan karena mata kepala kita buta. Tapi semua terjadi karena hati yang
ada dalam dada itulah yang buta.
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ
قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا
تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai
telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya
bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang ada di
dalam dada. (Al-Haj: 46)
Dengan puasa semoga membuat mata hati kita terang. Sebagaimana ketika
kita berbuasa, sedikit ada yang mengajak berbuat dosa kita katakan saya
sedang puasa.
Allahu akbar 3x walillahilhamd. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Di samping itu, Ramadhan telah mendidik kebersamaan kita semua. Betapa
dengan semangat kebersamaan semuanya menjadi ringan dan penuh berkah.
Puasa mudah kita lakukan karena kita lakukan bersama-sama. Shalat
tarawih pun mudah kita laksanakan, karena kita lakukan dengan
berjama’ah. Zakat, infaq dan sedekah serta pelbagai amal kebajikan pun
kita lakukan dengan semangat kebersamaan ini.
Semangat kebersaan ini tak boleh berakhir dengan berakhirnya
Ramadhan. Shalat lima waktu harus tetap kita lakukan dengan berjamaah.
Adalah sangat aneh bila kita telah berhasil melakukan shalat terawih
dengan berjama’ah di masjid, yang itu hukumnya sunnah, lalu setelah itu
untuk shalat wajib khususnya isya’ dan shubuh tak kita tunaikan
berjama’ah di masjid.
Ramadhan telah menjadi momentum untuk memakmurkan masjid. Maka salah
satu dari hasil pendidikan Ramadhan adalah tetap makmurnya masjid-masjid
kita. Kalau masjid-masjid kita kembali sunyi dan sepi, maka berarti tak
ada bekas yang tinggal dalam kehidupan kita ini. Masjid yang sepi
pertanda masyarakat itu hati-hatinya terkunci. Dan bila masjid sepi dan
hati terkunci, maka jangan salahkan bila kita menderita kesulitan
ekonomi. Bukan karena sumber ekomoni itu yang sedikit, tapi karena hati
kita yang keras dan tandus, maka tanah yang subur tiadalah berarti.
Percayalah, bahwa masyarakat yang memakmurkan masjid niscaya dimakmurkan
Allah. Tapi masyarakat yang berani menelantarkan masjid dan menolak
Undangan Allah, menolak seruan Allah, maka sudah sepantasnya bila
mendapatkan teguran dari Allah.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَجِيبُواْ
لِلّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُم لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُواْ أَنَّ
اللّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ
تُحْشَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan
Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan
kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menguasai antara
manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan
dikumpulkan. (Al-Anfal: 24)
Di samping shalat lima waktu kita lakukan berjama’ah, kami menyerukan
zakat pun seharusnya kita lakukan secara berjama’ah. Salurkan zakat
lewat lembaga resmi yang ada. Kalau ini kita lakukan maka akan terkumpul
dana zakat yang sangat besar, yang pada gilirannya akan banyak bisa
menyelesaikan persoalan kemiskinan dengan signifikan. Ibarat seperti
sapu. Ketika lidi-lidi itu diikat menjadi sebuah sapu, maka sapu itu
bisa digunakan untuk membersihkan lantai yang sangat luas dan jalan amat
panjang.Tapi bayangkan apa artinya sebuah lidi atau lidi-lidi yang
berserakan tak diikat rapi, tentu tak ada gunanya. Bahkan bisa hanya
manambah sampah.
Itulah maka jangan ada lagi yang merasa puas dengan menyalurkan zakat
secara individual. Sebagaimana, sangat keliru kalau ada seorang lelaki
yang mengatakan saya tidak ke masjid karena saya bisa shalat lebih
khusyu’ di rumah. Ini adalah bisikan syetan. Imam Ali mengatakan: “Al-Haqqu
bilaa nidhaamil yaghlibuhul baathil binidham.” (Kebenaran yang tak
ditata rapi bisa dikalahkan dengan kebatilan yang diatur rapi).
Allahu akbar 3x walillahilhamd. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Ramadhan juga telah memberikan pembekalan yang sangat baik bagi kita
semua, yaitu pembekalan Al-Qur’an. Kita rata-rata telah khatam membaca
Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan oleh Allah untuk
kita agar kita jadikan sebagai pedoman hidup. Bukan sekedar sebagai
bacaan hidup. Maka berikutnya tak cukup bagi kita membaca dan khatam.
Al-Qur’an harus kita pahami, kita hayati dan kita amalkan sebagai
petunjuk dalam keseluruhan detail prikehidupan kita. Tak boleh Alqur’an
itu hanya kita baca ketika keluarga kita meninggal dunia. Al-Qur’an
pedoman bagi manusia yang masih hidup. Al-Qur’an juga tak boleh hanya
kita buka ketika kita mencari tahu tentang kehidupan akhirat.
Justru Al-Qur’an harus kita buka ketika kita ingin tahu bagaimana
seharusnya kita hidup di dunia ini. Berkaitan dalam aspek-aspek
kehidupan ini, kita harus membuka Al-Qur’an. Soal ekonomi kita harus
membuka Al-Qur’an. Soal hukum kita harus membuka Al-Qur’an. Soal
pemerintahan kita harus membuka Al-Qur’an. Soal politik kita harus
membuka Al-Qur’an. Soal pendidikan kita harus membuka Al-Qur’an. Soal
berkuarga kita harus membuka Al-Qur’an. Dan seterusnya dalam semua hal.
Karena, dari bagaimana kita masuk WC hingga mengurus negara, Al-Qur’an
telah memberikan petunjuk yang sangat jelas dan sempurna.
Al-Qur’an adalah surat dari Allah untuk kita. Maka marilah seterusnya
kita baca Al-Qur’an sebagaimana layaknya kita membaca surat.
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يِهْدِي لِلَّتِي هِيَ
أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ
أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرً
Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan)
yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin
yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.
(Al-Isra’: 9)
Allahu akbar 3x walillahilhamd. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Secara khusus kita harus mengatakan kepada kaum wanita bahwa selama
bulan Ramadhan kaum wanita telah banyak yang menyesuai diri secara
fitrah. Yang biasa memamerkan aurat dan buka-bukaan, di bulan Ramadhan
sadar bahwa itu adalah tak baik. Maka ini hendaklah terus dipertahankan.
Kita harus sadar bahwa pornografi dan porno aksi itulah biang dari
pergaulan bebas, penghinaan terhadap martabat wanita dan kehancuran
akhlak.
Wahai kaum wanita anda semua adalah benteng dan tiang negara. Di
tangan andalah harkat dan martabat bangsa. Anda adalah guru pertama bagi
setiap anak manusia. Dan, oleh karena itu, surga adalah di bawah
telapak kaki kaum ibu. Tapi tentu saja kaum wanita yang berakhlak. Bukan
kaum wanita pengumbar syahwat. Bukan kaum wanita yang selalu tampil
pamer aurat.
Kami menyerukan, janganlah hari yang suci ini segera kita nodai
dengan acara-cara yang mengumbar syahwat. Marilah kita jaga kesucian ini
sampai mati.
Ketahuilah, bahwa kini kebudayaan materi dan syahwat itu telah di
ambang kehancuran. Sudah banyak perempuan-perempuan yang sadar tak mau
lagi diperalat dan diperjualbelikan kehormatannya oleh kaum lelaki yang
binal. Orang-orang Barat telah banyak yang insyaf bahwa materi ternyata
tak membawa kebahagiaan.
Maka marilah kita bangun daerah kita ini dengan akhlak yang mulia.
Moral yang tinggi. Sopan santun yang luhur. Budi pekerti yang yang
terpuji. Insya Allah dengan demikian daerah dan bangsa kita bisa tampil
maju memimpin peradaban dunia dengan cahaya ilahi.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ﴿٧٠﴾ يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزًا عَظِيمًا ﴿٧١﴾
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu
amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa
menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang besar. (Al-Ahzab: 70-71)
Mari kita berharap semoga Allah berkenan menerima ibadah-ibadah yang
telah kita lakukan. Dan marilah kita mohon ampun atas
kekurangan-kekurangannya. Kita juga mari saling maaf-memaafkan. Kami pun
mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan. Kami tak ingin,
kecuali terus melakukan kebaikan sepanjang kami masih memiliki
kemampuan. Maka marilah kita terus bekerjasama dalam kebajikan dan
takwa, dan kita jauhi bersekongkol dalam dosa dan permusuhan. Mari kita
songsong masa depan yang lebih baik.
Selamat jalan Ramadhan..., dan semoga kita masih bisa bertemu
kembali...
Semuanya, mari kita bersimpuh mohon ampun serta berdo’a kepada Allah.
Al-Faatihah...!
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد … الَّلهَمَّ
اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَ وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا
بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا
رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ، رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ
إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ
الْوَهَّابُ
Ya Allah ampunilah dosa-dosa kami, kedua orang tua, guru-guru kami
dan saudara-saudara kami kaum muslimin semua, baik yang masih hidup
maupun yang sudah wafat.
Ya Allah hanya kepada-Mu kami mengabdi, hanya kepada-Mu kami sholat
dan sujud, hanya kepada-Mu kami menuju dan tunduk. Kami mengharapkan
rahmat dan kasih sayang-Mu. Kami takut akan azab-Mu kerena azab-Mu pasti
menimpa kaum fasiq.
Ya Allah jagalah kami dengan Islam dalam keadaan berdiri. Ya Allah
jagalah kami dengan Islam dalam keadaan duduk dan jagalah kami dengan
Islam dalam keadaan tidur. Jangan jayakan orang-orang kafir atas kami.
Ya Allah Yang menyelamatkan Nuh dari taufan badai dan banjir yang
menenggelamkan dunia, Yang menyelamatkan Ibrahim dari kobaran api
menyala, Yang menyelamatkan Isa dari salib kaum durjana, Yang
menyelamatkan Yunus dari gelapnya perut ikan, Yang menyelamatkan Nabi
Muhammad dari makar kafir Quraisy, Yahudi pendusta, munafik pengkhianat,
pasukan ahzab angkara murka… Laa ilaaha illa anta subhanaka innaa
kunnaa minadhdhaalimiin...3X
Ya Allah Yang mendengar rintihan hamba lemah dan banyak dosa. Ya
Allah lindungi kami, masyarakat kami dan anak-anak kami dari berbuat
dosa. Jangan segera Engkau lenyapkan hari yang suci ini. Berikanlah
waktu kepada kami. Kami masih ingin bertemu dengan dengan bulan Ramadhan
lagi. Kami masih ingin shalat idul fitri seperti ini lagi.
Ya Allah memang kami kini bergembira, tapi kami juga sedih. Sedih
jangan-jangan kami tak bertemu Ramdhan lagi. Sedih jangan-jangan ini
adalah idul fitri yang terakhir bagi kami. Kami khawatir setelah
Ramadhan syetan-syetan banyak berkuasa lagi.
Ya Allah, gantikanlah kepedihan ini dengan kesenangan, jadikanlah
duka sebagai awal kebahagiaan, dan sirnakanlah rasa takut menjadi rasa
tentram, dan rasa cemas menjadi penuh harapan. Ya Allah, dinginkan
panasnya hati ini dengan salju keyakinan, dan padamkan bara jiwa dengan
air keimanan. Ya Allah, sirnakan keraguan terhadap fajar yang pasti
datang dan memancar terang, dan hancurkan perasaan jahat dengan secercah
kebenaran. Hempaskan semua tipu daya syetan dengan bantuan bala
tentara-Mu, ya Allah.
Ya Allah, sirnakan dari kami rasa sedih dan duka, dan usirlah
kegundahan dari jiwa kami semua. Kami berlindung kepada-Mu dari setiap
rasa takut yang mendera. Hanya kepada-Mu kami bersandar dan bertawakkal.
Hanya kepada-Mu kami memohon, dan hanya dari-Mu-lah semua pertolongan.
Cukuplah Engkau sebagai pelindung kami, karena Engkaulah sebaik-baik
pelindung dan penolong. Ya, Allah tolonglah saudara-saudara kami yang
sedang sakit, dilanda kesedihan dan musibah, para janda, anak-anak
yatim, kaum lemah dan para fakir-miskin. Anugerahkan kebahagian kepada
mereka. Siramilah dengan rezeki yang melimpah dari sisi-Mu yang penuh
berkah. Kami lemah tak begitu berdaya membantu dan meyantuni mereka.
Ampuni kami, ya Allah.
Ya Allah kumpulkanlah hati-hati kami di atas dasar kecintaan
kepada-Mu, pertemukanlah pada jalan ketaatan kepada-Mu, satukanlah di
jalan dakwah-Mu dan ikatlah di atas janji setia demi membela
syari’at-Mu. Ya Allah padukanlah jiwa-jiwa ini sebagai hamba-hamba-Mu
yang beriman.
Ya Allah lepaskanlah dan jauhkanlah dari kami penguasa-penguasa yang
dholim, fasiq dan kafir. Anugerahkan kepada kami pemimpin-pemimpin yang
beriman dan bertaqwa, yang menjadikan Kitab-Mu sebagai landasan
kepemimpinannya, yang mau merapkan syariat-Mu, yang membawa kami ke
jalan yang benar, jalan yang Engkau ridhoi.
Ya Allah selamatkanlah masyarakat kami dan jadikan kami semua sebagai
hamba-hamba-Mu yang mendirikan Shalat.....
Ya Allah selamatkanlah kami, anak-anak kami, keluarga kami, daerah
kami, negeri kami dan ummat ini dari badai krisis, fitnah, bencana dan
dosa yang membinasakan.
Ya Allah janganlah Engkau goyangkan hati kami setelah Engkau beri
petunjuk, dan tetapkankan hati kami atas agama-Mu.
Ya Allah jadikanlah hari terbaik kami sebagai hari pertemuan kami
dengan-Mu, jadikanlah amal terbaik kami sebagai pamungkasnya, dan
jadikan usia terbaik kami sebagai akhir ajal kami. Ya Allah limpahkanlah
rahmat, ampunan dan hidayah-Mu kepada Kami semuanya. Aamiin..aamiin ya
Rabbal ‘alamin..
رَبَّنَا اتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
اْلاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزِّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن
Tidak ada komentar:
Posting Komentar