محمد نور توفيق

محمد نور توفيق
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُYAA MUQOLLIBAL QULUUB TSABBIT QOLBII 'ALAA DIINIKA "WAHAI YANG MEMBOLAK-BALIKKAN HATI, TEGUHKAN HATIKU PADA AGAMA-MU" Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, kita meminta pertolongan kepada-Nya, kita meminta ampunan kepada-Nya dan bertaubat kepada-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejelekan diri kita dan dari keburukan amal-amal kita. Barang siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barang siapa yang disesatkan maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada beliau, keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh pengikut mereka yang setia hingga akhir masa. Amma ba’du. http://shohibulummah.blogspot.com/ facebook : muhammadnurtaufiq@rocketmail.

Jumat, 08 Oktober 2010

Kisah Mengenai Merah Putih


Photobucket
Warna merah dan putih merupakan satu simbolisasi warna yang diinformasikan dalam sejarah Islam. Sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Abu Daud, dan Tirmidzi tentang busana perang Rasullah SAW seperti yang dilihat salah seorang sahabat A-Barra r.a. berbunyi : sungguh kusaksikan Rasulullah SAW berbusana hullatun merah warnanya. Dan aku belum pernah melihat busana flasulullah saw yang seindah itu.” Hullatunadalah sejenis baju rangkap dua. Selain itu, sarung pedang Panglima Perang kaum Muslimin Khalid binWalid r.a. juga berwarna merah.
Ada sejarah panjang mengenai Merah Putih, warns benders nasional Indonesia. Ada yang meyakini jika kedua warna tersebut berasal dari warna bendera Rasulullah SAW, namun ada juga yang menyatakan sejarahnya lebih tua lagi. Kedua asumsi tersebut memang benar adanya. Sejak abad pertama masehi, di pesisir utara Jawa Barat terdapat Krajan Salakanagara yang menganut keyakinan lokal sama sekali bukan Hindu atau Budha. Krajan (Kerajaan) yang telah berdiri enam abad sebelum .’ kedatangan Islam di Jazirah Arab ini diyakini merupakan kerajaan pertama di Nusantara.
Jauh sebelum era Salakanagara, para penduduk di Nusantara dan juga pulau-pulau di sekitarnya yang berasal dari orang-orang Austronesia, yang datang sekitar 6.000 tahun silam, dipercaya telah memiliki kepercayaan religi terhadap alam semesta. Salah satu ritualnya adalah penghormatan terhadap Matahari dan Bulan. Dalam bahasa sanskrit yang merupakan salah satu bahasa tertua di kepulauan ini, Matahari (Atlittga) dilambangkan dengan warna merah, sedangkan Bulan (Chandra) dilambangkan berwarna putih. Keyakinan ini dipegang oleh orang-orang yang berdiam di Kepulauan Austronesia yang berada di Samudera Hindia dan juga Pasific.
Orang-orang Austronesia kemudian berasimilasi dengan para pendatang baru yang datang dari utara, Asia Tenggara, sekira 2.000 tahun setelahnya. Keturunan merekalah yang kini menjadi suku ash Nusantara yang kits kenal. Nenek moyang kita ini hidup bersama alam. Mereka percaya jika kehidupan ini berasal dad dua zat utama yang ada di dalam diri manusia-hewan dan jugs tanaman: getih dan getab. Geld) adalah darah, benvarna merah, dan Getah adalah `darah’ tanaman, berwarna putih.
Saat Islam menyinari Nusantara di awal abad ke-7 M, simbolisasi merah dan putih dalam bentuk benders mulai dikenal masyarakat. Ini ditegaskan berulang-ulang oleh sejarawan Mansyur Suryanegara di dalam banyak tulisannya. Mansyur merujuk pada sebuah hadits shohih yang diriwayatkan Imam Muslim dalam Kitab Al-Fitan Jilid X, halaman 340 dari Hamisy Qastalani. Di situ tertulis, Imam Muslim berkata: “Zuhair bin Harb bercerita kepadaku, demikian juga Ishaq bin Ibrahim, Muhammad bin Mutsanna din Ibnu Bagyar. Ishaq bercerita kepada kami. Orang-orang lain berkata: Mu’aelz bin Hisyam bercerita kepada kami, ayah saya bercerita kepadaku, dad Oatadah dari Abu Qalabah, dari Abu Asma’ Ar-Rahabiy, dwiTsauban,Nabi SAW berrabda, “Sent:1,0,6ga Allah memperlihatkan kepadaku bumf, timur dan haratnya. Dan Allah melimpahkan dua perbendahagan kepadaku, yaitu merah dan putib”.
Warna Merah dan Putih merupakan satu simbolisasi warna yang diinformasikan dalam sejarah Islam. Sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Abu Daud, dan Tirmidzi tentang busana perang Rasulullah SAW seperti yang dilihat salah seorang sahabat A-Barra r.a. berbunyi: “Sungguh kusaksikan Rasulullah SAW berbusana hullatun merah warnanya. Dan aku belum pernah melihat busana Rasulullah saw yang seindah itu.” Hullatun adalah sejenis baju rangkap dua. Selain itu, sarung pedang Panglima Perang kaum Muslimin Khalid bin Walid r.a. juga berwarna merah.
Simbolisasi merah-putih ini oleh para ulama terdahulu dilebur ke dalam tradisi lokal dalam berbagai upacara dan peristiwa penning, di antaranya:
1. Dalam setiap pembangunan rumah atau bangunan besar, benders merah-putih dikibarkan di bagian paling atas proyek, dengan harapan proyek tersebut mendapatkan “syafaat” dari Rasulullah SAW
2. Bubur merah dan putih dibuat dan dibagikan ke para tetangga sekitar di.scat pemberian nama jabang bayi. Ini melambangkan jika saat dilahirkan, bayi diiringi darah sang bunda yang berwarna merah (QS. 96:2), dan selama di dalam rahim, 9 bulan 10 hari, bayi bisa hidup dengan asupan gizi dari darah merah sang .ibu. Setelah lahir pun, sang bayi selama lebih kurang 20 bulan 20 hari (atau sekarang dianjurkan selama 24 bulan penuh) memerlukan darah merah sang ibu dalam rupa ASI. Jadi, seorang jabang bayi membutuhkan darah ibu yang berwarna Merah dan Putih selanaa 30 bulan (QS 46: 15).
3. Bubur merah dan putih jugs biasa dibuat untuk memperingati Tahun Baru Hijriyah.
4. Salah satu tradisi masyarakat Sunda adalah dengan mengungkapkan rasa syukur dengan bahasa simbol Kagunturan Madu — Karagragan Menyan (Diberi rnadu dan kejatuhan menyan putih). Madu adalah lambang merah dan menyan putih adalah berbau harum.
5. Juga merupakan sebuah kebiasaan jika para ulama terdahulu di dalam menuliskan Al-Qur’an, menulis asma Allah dan asma Pengganti-Nya dengan tinta merah di atas kertas yang putih.
Simbolisasi merah-putih ternyata juga dimuat di dalam ornamen Candi Borobudur, yang dibangun pada tahun 824 M saat Islam sudah bersinar di Tanah Jawa. Di salah satu dindingnya terdapat “pataka” di atas lukisan dengan tiga orang pengawal membawa panji merah putih yang berkibar. Pada Candi Prambanan di Jawa Tengah juga terdapat lukisan Hanoman terbakar ekornya yang melambangkan warna merah (api) dan warns putih pada bulu badannya.
Pada tahun 1222, sekira setengah abad setelah Shalahuddin al-Ayyubi membebaskan Yerusalem dan Islam telah bersinar di Nusantara selama Erna abad lebih, berdirilah Kerajaan Singosari setelah Kerajaan Kediri mengalami kemunduran. Raja Jayakatwang dan Kediri saat berperang melawan Raja Kertanegara dari Kerajaan Singosari di tahun 1292 sudah menggunakan benders merah putih. Ini terjadi saat Gajah Mada belum lahir. Jadi, kebesaran Islam di Nusantara telah ada lebih dahulu ketimbang Majapahit, sesuatu yang oleh rezim Orde Baru diselewengkan selama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar