Artikel : MEMAHAMI ASWAJA H.Abdurrahman Navis, Lc. MHI*
Rabu, 4 Maret 2009 07:53:17 - oleh : erie
I. Definisi dan
Historis
ASWAJA adalah kepanjangan kata dari “ Ahlussunnah waljamaah”.
Ahlussunnah
berarti orang-orang yang menganut atau mengikuti sunnah Nabi Muhammad
SAW,
dan waljamaah berarti mayoritas umat atau mayoritas sahabat Nabi
Muhammad
SAW. Jadi definisi Ahlussunnah waljamaah yaitu; “ Orang-orang yang
mengikuti
sunnah Nabi Muhammad SAW dan mayoritas sahabat ( maa ana alaihi wa
ashhabi ),
baik di dalam syariat (hukum Islam) maupun akidah dan tasawuf”.
Istilah ahlussunnah waljamaah tidak dikenal di zaman Nabi Muhammad SAW
maupun
di masa pemerintahan al-khulafa’ al-rasyidin, bahkan tidak dikenal di
zaman
pemerintahan Bani Umayah ( 41 – 133 H. / 611 – 750 M. ). Istilah ini
untuk
pertama kalinya di pakai pada masa pemerintahan khalifah Abu Ja’far
al-Manshur
(137-159H./754-775M) dan khalifah Harun Al-Rasyid (170-194H/785-809M),
keduanya
dari dinasti Abbasiyah (750-1258). Istilah ahlussunnah waljamaah semakin
tampak
ke permukaan pada zaman pemerintahan khalifah al-Ma’mun
(198-218H/813-833M).
Pada zamannya, al-Ma’mun menjadikan Muktazilah ( aliran yang mendasarkan
ajaran
Islam pada al-Qur’an dan akal) sebagai madzhab resmi negara, dan ia
memaksa
para pejabat dan tokoh-tokoh agama agar mengikuti faham ini, terutama
yang
berkaitan denga kemakhlukan al-qur’an. untuk itu, ia melakukan mihnah
(inquisition), yaitu ujian akidah terhadap para pejabat dan ulama.
Materi
pokok yang di ujikan adalah masalah al-quran. Bagi muktazilah, al-quran
adalah makhluk (diciptakan oleh Allah SWT), tidak qadim ( ada sejak
awal
dari segala permulaan), sebab tidak ada yang qadim selain Allah SWT.
Orang yang
berpendapat bahwa al-quran itu qadim berarti syirik dan syirik merupakan
dosa besar
yang tak terampuni. Untuk membebaskan manusia dari syirik, al-Ma’mun
melakukan mihnah. Ada beberapa ulama yang terkena mihnah dari al-Ma’mun,
diantaranya, Imam Ahmad Ibn Hanbal ( 164-241H).
Penggunaan istilah ahlussunnah waljamaah semakin popular setelah
munculnya Abu
Hasan Al-Asy’ari (260-324H/873-935M) dan Abu Manshur Al-Maturidi (w. 944
M),
yang melahirkan aliran “Al-Asy’aryah dan Al-Maturidyah” di bidang
teologi.
Sebagai ‘perlawanan’ terhadap aliran muktazilah yang menjadi aliran
resmi pemerintah
waktu itu. Teori Asy’ariyah lebih mendahulukan naql ( teks qu’an
hadits) daripada aql ( penalaran rasional). Dengan demikian bila
dikatakan ahlussunnah waljamaah pada waktu itu, maka yang dimaksudkan
adalah
penganut paham asy’ariyah atau al-Maturidyah dibidang teologi. Dalam
hubungan
ini ahlussunnah waljamaah dibedakan dari Muktazilah, Qadariyah, Syiah,
Khawarij, dan aliran-aliran lain. Dari aliran ahlussunnah waljamaah
atau
disebut aliran sunni dibidang teologi kemudian juga berkembang dalam
bidang
lain yang menjadi cirri khas aliran ini, baik dibidang fiqh dan
tasawuf.
sehingga menjadi istilah, jika disebut akidah sunni (ahlussunnah
waljamaah) yang dimaksud adalah pengikut Asy’aryah dan Maturidyah. Atau
Fiqh
Sunni, yaitu pengikut madzhab yang empat ( Hanafi, Maliki, Syafi’I dan
Hanbali). Yang menggunakan rujukan alqur’an, al-hadits, ijma’ dan qiyas.
Atau
juga Tasawuf Sunni, yang dimaksud adalah pengikut metode
tasawuf Abu Qashim Abdul Karim al-Qusyairi, Imam Al-Hawi, Imam
Al-Ghazali dan
Imam Junaid al-Baghdadi. Yang memadukan antara syari’at, hakikat dan
makrifaat.
II. Memahami Hadits
Firqah
Ada beberapa riwayat hadits tentang firqah atau millah ( golongan atau
aliran)
yang kemudian dijadikan landasan bagi firqah ahlussunnah waljamaah.
Sedikitnya
ada 6 riwayat hadits tentang firqah/millah yang semuanya sanadnya dapat
dijadikan hujjah karena tidak ada yang dloif tetapi hadits shahih dan
hasan.
Dari hadits yang kesimpulannya menjelaskan bahwa umat Rasulullah akan
menjadi
73 firqah, semua di neraka kecuali satu yang di surga. itulah yang
disebut firqah yang selamat الفرقة
الناجية)). Dari beberpa riwayat
itu ada
yang secara tegas menyebutkan; ( أهل الســنة والجمــاعة“)
ahlussunnah waljamaah”. ataub “aljamaah”. (الجماعة Tetapi
yang paling banyak dengan kalimat; “ maa ana alaihi wa ashhabi” (( ماأنا عليه وأصحا . baiklah
penulis kutipkan sebagian hadits tentang firqah atau millah:.
عن عبد
الله بن عمرو قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " لبأتين على أمتي ما
أتى على بني اســــرائيل حذو النعل بالنعل حتى ان كان منهم من بأتي أمه
علانية
لكان في أمتي من يصنع ذالك , وان بني اســـرائيل تفرقت على ثنتين وســبعين
ملة,
وتفترق أمتي على ثلاث وســبعين ملة كلهم فى النار الا واحدة قالوا ومن هي
يا رسول
الله ؟ قال : " مـــا أنا عليه وأصـــحابي". (
الترمذي و الآجري واللا لكائي وغيرهم. حـــسن بشــواهد كثيرة )
Artinya: Dari
Abillah Bin ‘Amr berkata, Rasulullah SAW bersabda: “ Akan datang kepada
umatku
sebagaimana yang terjadi kepada Bani Israil. Mereka meniru
perilakuan seseorang dengan sepadannya, walaupun diantara mereka ada
yang
menggauli ibunya terang-terangan niscaya akan ada diantara umatku yang
melakukan seperti mereka. Sesungguhnya bani Israil berkelompok menjadi
72
golongan. Dan umatku akan berkelompok menjadi 73 golongan, semua di
neraka
kecuali satu. Sahabat bertanya; siapa mereka itu Rasulullah? Rasulullah
menjawab: “ Apa yang ada padaku dan sahabat-sahabatku “ ( HR.
At-Tirmidzi, Al-Ajiri, Al-lalkai. Hadits hasan )
عن أنس بن مــالك قال :
قال رســول الله
صــلى الله عليه وســلم : " ان بني اســرائيل افترقت على احدى وســبعين
فرقة
, وان أمتي ستفترق على ثنــتين وسبعين فرقــة كلها في النار الا واحدة, وهي
الجمــاعة " ( ابن ماجه وأحمد واللا لكائي وغيرهم. هذا اســـناد جيد )
Artinysa:
Dari Anas bin Malik berkata, rasulullah SAW bersabda; “ Sesungguhnya
bani
Israil akan berkelompok menjadi 71 golongan dan sesungguhnya umatku
akan
berkelompok menjadi 72 golongan, semua di neraka kecuali 1 yaitu
al-jamaah”. ( HR.Ibn Majah, Ahmad, al-lakai dan
lain. Hadits sanad baik )
Dari pengertian hadits diatas dapat difahami dan disipulkan sebagai
berikut:
Penganut suatu
agama sejak sebelum Nabi Muhammad (Bani Israil) sudah banyak yang
‘menyimpang’
dari ajaran aslinya, sehingga terjadi banyak interpretasi yang kemudian
terakumulasi menjadi firqah-firqah.
Umat Nabi Muhammad
juga akan menjadi beberpa firqah.namun berapa jumlahnya? Bilangan 73
apakah sebagai angka pasti atau menunjukkan banyak, sebagaimana
kebiasaan
budaya arab waktu itu?.
Bermacam-macam
firqah itu masih diakui oleh Nabi Muhammad SAW sebagai umatnya,
berarti apapun nama firqah mereka dan apaun produk pemikiran dan
pendapat
mereka asal masih mengakui Allah sebagai Tuhan, Muhammad sebagi Nabi
dan
ka’bah sebagai kiblatnya tetap diakui muslim. Tidak boleh di cap sebagai
kafir.
‘lahu ma lana wa alaihi ma alainaa.’
Pengertian semua di
nereka kecuali satu, yaitu mereka yang tidak persis sesuai dengan
sunnah Nabi dan para sahabatnya akan masuk neraka dahulu tapi tidak
kekal
didalmnya yang nantinya akan diangkat ke surga kalau masih ada secuil
iman
dalam hatinya. Sedangkan yang satu akan langsung ke surga tanpa mampir
di
neraka dahulu.
الفرقة النـاجية (kelompok yang
selamat) adalah mereka yang mengikuti sesuai apa yang dicontohkan Nabi
Muhammad
SAW dan para sahabatnya ماأناعليه وأصحـابه ) yang mungkin
berada di berbagai tempat, masa dan
jamaah. tidak harus satu organisasi, satu negara, satu masa atau
satu partai dan golongan
III.
Ahlussunnah Waljamaah versi KH. Hasyim Asy’ari
KH. Hasyim Asy’ari, Rais Akbar Nahdlatul Ulama’ memberikan tashawur
(gambaran) tentang ahlussunnah waljamaah sebagaimana ditegaskan dalam
al-qanun al-asasi, bahwa faham ahlussunnah waljamaah versi Nahdlatul
Ulama’
yaitu mengikuti Abu Hasan al-asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi secara
teologis, mengikuti salah satu empat madzhab fiqh ( Hanafi, Maliki,
Syafi’I dan
Hanbali) secara fiqhiyah, dan bertashawuf sebagaimana yang difahami oleh
Imam
al-Ghazali atau Imam Junaid al-Baghdadi.
Penjelasan KH. Hasyim Asy’ari tentang ahlussunnah waljamaah versi
Nahdlatul
Ulama’ dapat difahami sebagai berikut:
1.
Penjelasan aswaja KH Hasyim Asy’ari, jangan dilihat dari pandangan
ta’rif
menurut ilmu Manthiq yang harus jami’ wa mani’ (جامع مانع) tapi itu merupakan
gambaran (تصــور)
yang akan lebih mudah kepada masyarakat untuk bisa mendaptkan
pembenaran dan pemahaman secara jelas ( تصــد يق).
Karena secara
definitif tentang ahlussunnah waljamaah para ulama berbeda secara
redaksional
tapi muaranya sama yaitu maa ana alaihi wa ashabii.
2.
Penjelasan aswaja versi KH. Hasyim Asy’ari, merupakan implimentasi dari
sejarah
berdirinya kelompok ahlussunnah waljamaah sejak masa pemerintahan
Abbasiyah yang kemudian terakumulasi menjadi firqah yang berteologi
Asy’ariyah
dan Maturidiyah, berfiqh madzhab yang empat dan bertashuwf al-Ghazali
dan Junai
al-Baghdadi
3.
Merupakan “Perlawanan” terhadap gerakan ‘wahabiyah’ (islam modernis) di
Indonesia waktu itu yang mengumandangkan konsep kembali kepada al-quran
dan
as-sunnah, dalam arti anti madzhab, anti taqlid, dan anti TBC. (
tahayyul, bid’ah dan khurafaat). Sehingga dari penjelasan aswaja versi
NU dapat
difahami bahwa untuk memahami al-qur’an dan As-sunnah perlu penafsiran
para
Ulama yang memang ahlinya. Karena sedikit sekali kaum m uslimin mampu
berijtihad, bahkan kebanyakan mereka itu muqallid atau muttabi’ baik
mengakui atau tidak.
IV.
Kesimpulan
Dari
pemaparan penulis tentang ahlussunnah waljamaah, secara historis, teks
hadits
dan penjelasan KH. Hasyim Asy’ari, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Secara historis,
ahlussunnah waljamaah menjadi nama sebuah firqah pada masa pemerintahan
abbasiah, akibat dari pergolakan pemikiran antara muktazilah dan
kelompok lain.
Dalam pandangan ini ahlussunnah waljamaah adalah sebuah “al-manhaj
al-fikri”.
Pengklasifikasian
firqah islam menjadi 73 adalah sebuah prediksi Rasulullah sesuai system
berfikir yang akan berkembang di masa yang akan datang dalam memahami
ajaran
islam. Tapi semua kelompok itu masih dalam bingkai umat Nabi Muhammad
dan tidak
sampai keluar dari din al-islam.
Kelompok yang
selamat adalah sebuah prilaku dari perorangan atau kelompok yang
mengikuti sunnah Nabi dan para sahabatnya. Lintas organisasi, partai,
madzhab,
negara, generasi, tokoh atau lainnya
Nahdlatul Ulama’
mengaku sebagai kelompok ahlussunnah waljamaah tapi aswaja tidak
hanya NU. Bias saja orang mengaku NU tapi dalam pemahamannya tentang
islam
tidak sesuai dengan konsep aswaja. Jadi bisa saja seorang berada di
golongan yang bukan NU tapi keyakinannya sesuai dengtan konsep ASWAJA.
Reinterpretasi
sebuah konsep aswaja adalah kembali kepada pemahaman as-salaf as-shaleh
yang
paling dekat dengan system hidup Rasulullah dan sahabatnya. Dan upaya
mencari
kebenaran adalah dengan menggunakan pisau analisis para mujtahidin yang
diakui
kemampuan dan keikhlasannya dalam memahami islam. Bukan hanya dengan
sebuah
wacana yang dikembangkan oleh orientalis yang berusaha membius pemikir
muslim
dan menghancurkan islam dari dalam. Wallahu a’lam bis-shawab.
Bahan Pustaka:
1. Al-fashl fi
al-milal wa al-ahwa’ wa an-nihal. Al-Imam Ibn Hazm Ad-dzahiri
Al-Andalusi.
2. Ahlussunnah
waljamaah; maalim al-inthilaqah al-kubra. Muhammad Abdul Hadi Al-Mishry
3. Al-Qanun
Al-Asasi. KH. Hasyim Asy’ari
4. Ensiklopedi
Islam. Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar