Sesungguhnya seorang hamba jika melakukan dosa, maka terbentuklah
noda hitam dalam hatinya. Jika ia melepaskan dosa, istighfar dan taubat,
bersihlah hatinya. Ketika mengulangi dosa lagi, bertambahlah noda
hitamnya, sehingga menguasai hati. Itulah Roon (rona) yang disebutkan
dalam Al-Qur’an, “Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang
selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (HR At-Tirmidzi).
Maksiat dan dosa mempunyai pengaruh yang sangat dahsyat dalam
kehidupan umat manusia. Bahayanya bukan hanya berpengaruh di dunia
tetapi sampai dibawa ke akhirat. Bukankah Nabi Adam a.s. dan istrinya
Siti Hawwa dikeluarkan dari surga dan diturunkan ke dunia karena dosa
yang dilakukannya? Dan demikianlah juga yang terjadi pada umat-umat
terdahulu.
Disebabkan karena dosa, penduduk dunia pada masa Nabi Nuh a.s.
dihancurkan oleh banjir yang menutupi seluruh permukaan bumi. Karena
maksiat, kaum ‘Aad diluluhlantakkan oleh angin puting beliung. Karena
ingkar pada Allah, kaum Tsamud ditimpa oleh suara yang sangat keras
memekakkan telinga sehingga memutuskan urat-urat jantung mereka dan mati
bergelimpangan. Karena perbuatan keji kaum Luth, buminya
dibolak-balikkan dan semua makhluk hancur, sampai malaikat mendengar
lolongan anjing dari kejauhan. Kemudian diteruskan dengan hujan bebatuan
dari langit yang melengkapi siksaan bagi mereka. Dan kaum yang lain
akan mendapatkan siksaan yang serupa. Jika tidak terjadi di dunia, maka
di akhirat akan lebih pedih lagi. (Al-An’am: 6)
Desember 2005 dunia juga baru menyaksikan musibah yang maha dahsyat
terjadi di Asia: Tsunami menghancurkan ratusan ribu umat manusia.
Terbesar menimpa Aceh. Semua itu harus menjadi pelajaran yang mendalam
bagi seluruh umat manusia, bahwa Allah Maha Kuasa. Disebutkan dalam
musnad Imam Ahmad dari hadits Ummu Salamah, Saya mendengar Rasulullah
saw. bersabda, “Jika kemaksiatan sudah mendominasi umatku, maka Allah
meratakan adzab dari sisi-Nya”. Saya berkata, “Wahai Rasulullah,
bukankah di antara mereka ada orang-orang shalih?” Rasulullah
menjawab,”Betul.” “Lalu bagaimana dengan mereka?” Rasul menjawab,
“Mereka akan mendapat musibah sama dengan yang lain, kemudian mereka
mendapatkan ampunan dan keridhaan Allah.”
Akar Kemaksiatan
Semua kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia, baik yang besar maupun
yang kecil, bermuara pada tiga hal. Pertama; terikatnya hati pada
selain Allah, kedua; mengikuti potensi marah, dan ketiga; mengikuti
hasrat syahwat. Ketiganya adalah syirik, zhalim, dan keji. Puncak
seseorang terikat pada selain Allah adalah syirik dan menyeru pada
selain Allah. Puncak seseorang mengikuti amarah adalah membunuh; dan
puncak seseorang menuruti syahwat adalah berzina. Demikianlah Allah swt.
menggabungkan pada satu ayat tentang sifat ‘Ibadurrahman, ”Dan
orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan
(alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang
demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya).”
(Al-Furqaan: 68)
Dan ciri khas kemaksiatan itu saling mengajak dan mendorong untuk
melakukan kemaksiatan yang lain. Orang yang berzina maka zina itu dapat
menyebabkan orang melakukan pembunuhan; dan pembunuhan dapat menyebabkan
orang melakukan kemusyrikan. Dan para pembuat kemaksiatan saling
membantu untuk mempertahankan kemaksiatannya. Setan tidak akan pernah
diam untuk menjerumuskan manusia untuk melakukan dosa dan kemaksiatan.
Setan senantiasa mengupayakan tempat-tempat yang kondusif untuk menjadi
sarang kemaksiatan.
Oleh karena itu agar terhindar dari jebakan kemaksiatan, manusia
harus melakukan lawan dari ketiganya, yaitu: pertama; menguatkan
keimanan dan hubungan hati dengan Allah swt. dengan senantiasa
mengikhlaskan segala amal perbuatan hanya karena Allah. Kedua;
mengendalikan rasa marah, karena marah merupakan pangkal sumber dari
kezhaliman yang dilakukan oleh manusia. Dan ketiga; menahan diri dari
syahwat yang menggoda manusia sehingga tidak jatuh pada perbuatan zina.
Pengaruh Maksiat
Seluruh manusia mengakui bahwa kesalahan yang terkait dengan hubungan
antar manusia di dunia secara umum dapat mengakibatkan kerusakan secara
langsung. Orang-orang yang membabat hutan hingga gundul akan
menyebabkan kerusakan lingkungan, longsor, dan kebanjiran. Sopir yang
mengendalikan mobilnya secara ugal-ugalan dan melintasi rel kereta yang
dilalui kereta, berakibat sangat parah, ditabrak oleh kereta. Orang yang
membunuh orang tanpa hak, maka dia akan senantiasa dalam kegelisahan
dan penderitaan. Orang yang senantiasa bohong, hidupnya tidak akan
merasa tenang.
Dan pada dasarnya pengaruh kesalahan, dosa, dan kemaksiatan bukan
saja yang terkait antar sesama manusia, tetapi antara manusia dengan
Allah. Siapakah orang yang paling zhalim, ketika mereka diberi rezki
oleh Allah dan hidup di bumi Allah kemudian menyekutukan Allah, tidak
mentaati perintah-Nya, dan melanggar larangan-Nya. Jika kesalahan yang
dibuat antar sesama manusia akan menimbulkan bahaya, maka kesalahan
akibat tidak melaksanakan perintah Allah atau melanggar larangan-Nya,
maka akan lebih berbahaya lagi, di dunia sengsara dan di akhirat
disiksa. “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”
Beberapa pengaruh maksiat diantaranya:
1. Lalai dan keras hati
Al-Qur’an menyebut bahwa orang-orang yang bermaksiat hatinya keras
membatu. “Karena mereka melanggar janjinya, kami kutuki mereka, dan kami
jadikan hati mereka keras membatu. mereka suka mengubah perkataan
(Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian
dari apa yang mereka Telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad)
senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara
mereka (yang tidak berkhianat), Maka maafkanlah mereka dan biarkan
mereka, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
(Al-Ma-idah: 13)
Berkata Ibnu Mas’ud r.a., “Saya menyakini bahwa seseorang lupa pada ilmu
yang sudah dikuasainya, karena dosa yang dilakukan.”
Orang yang banyak berbuat dosa, hatinya keras, tidak sensitif, dan
susah diingatkan. Itu suatu musibah besar. Bahkan disebutkan dalam
sebuah riwayat bahwa orang yang senantiasa berbuat dosa, hatinya akan
dikunci mati, sehingga keimanan tidak dapat masuk, dan kekufuran tidak
dapat keluar.
2. Terhalang dari ilmu dari rezeki
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba diharamkan
mendapat rezeki karena dosa yang dilakukannya” (HR Ibnu Majah dan Hakim)
Berkata Imam As-Syafi’i, “Saya mengadu pada Waqi’i tentang buruknya
hafalanku. Beliau menasihatiku agar meninggalkan maksiat. Dan
memberitahuku bahwa ilmu adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak diberikan
kepada orang yang bermaksiat.”
Orang yang banyak melakukan dosa waktunya banyak dihabiskan untuk
hal-hal yang sepele dan tidak berguna. Tidak untuk mencari ilmu yang
bermanfaat, tidak juga untuk mendapatkan nafkah yang halal. Banyak
manusia yang masuk dalam model ini. Banyak yang menghabiskan waktunya di
meja judi dengan menikmati minuman haram dan disampingnya para wanita
murahan yang tidak punya rasa malu. Sebagian yang lain asyik dengan
hobinya. Ada yang hobi memelihara burung atau binatang piaraan yang
lain. Sebagian lain, ada yang hobi mengumpulkan barang antik meski harus
mengeluarkan biaya tak sedikit. Sebagian yang lain hobi belanja atau
sibuk bolak-balik ke salon kecantikan. Seperti itulah kualitas hidup
mereka.
3. Kematian hati dan kegelapan di wajah
Berkata Abdullah bin Al-Mubarak, “Saya melihat dosa-dosa itu
mematikan hati dan mewariskan kehinaan bagi para pelakunya. Meninggalkan
dosa-dosa menyebabkan hidupnya hati. Sebaik-baiknya bagi dirimu
meninggalkannya. Bukankah yang menghancurkan agama itu tidak lain para
penguasa dan ahli agama yang jahat dan para rahib.”
Sungguh suatu musibah besar jika hati seseorang itu mati disebabkan
karena dosa-dosa yang dilakukannya. Dan perangkap dosa yang dikejar oleh
mayoritas manusia adalah harta dan kekuasaan. Mereka mengejar harta dan
kekuasaan seperti laron masuk ke kobaran api unggun.
Tanda seorang bergelimangan dosa terlihat di wajahnya. Wajah
orang-orang yang jauh dari air wudhu dan cahaya Al-Qur’an adalah gelap
tidak enak dipandang.
4. Terhalang dari penerapan hukum Allah
Penerapan hukum Allah berupa syariat Islam di muka bumi adalah rahmat
dan karunia Allah dan memberikan keberkahan bagi penduduknya. Ketika
masyarakat banyak yang melakukan kemaksiatan, maka mereka akan terhalang
dari rahmat Islam tersebut. (Lihat Al-Maa-idah: 49 dan Al-A’raaf: 96)
5. Hilangnya nikmat Allah dan potensi kekuatan
Di antara nikmat yang paling besar yang diberikan Allah kepada
hamba-Nya adalah pertolongan dan kemenangan. Sejarah telah membuktikan
bahwa pertolongan Allah dan kemenangan-Nya diberikan kepada
hamba-hamba-Nya yang taat. Sebaliknya, kekalahan dan kehancuran
disebabkan karena maksiat dan ketidaktaatan.
Kisah Perang Uhud harus menjadi pelajaran bagi orang-orang beriman.
Ketika sebagian pasukan perang sibuk mengejar harta rampasan dan begitu
juga pasukan pemanah turun gunung ikut memperebutkan harta rampasan.
maka terjadilah musibah luar biasa. Korban berjatuhan di kalangan umat
Islam. Rasulullah saw. pun berdarah-darah.
Kisah penghancuran Kota Baghdad oleh pasukan Tartar juga terjadi
karena umat Islam bergelimang kemaksiatan. Khilafah Islam pun runtuh,
selain dari faktor adanya konspirasi internasional yang melibatkan
Inggris, Amerika Serikat, dan Israel, karena umat Islam berpecah belah
dan kemaksiatan yang mereka lakukan.
Umar bin Khattab berwasiat ketika melepas tentara perang: ”Dosa yang
dilakukan tentara (Islam) lebih aku takuti dari musuh mereka.
Sesungguhnya umat Islam dimenangkan karena maksiat musuh mereka kepada
Allah. Kalau tidak demikian kita tidak mempunyai kekuatan, karena jumlah
kita tidak sepadan dengan jumlah mereka, perlengkapan kita tidak
sepadan dengan perlengkapan mereka. Jika kita sama dalam berbuat
maksiat, maka mereka lebih memiliki kekuatan. Jika kita tidak
dimenangkan dengan keutamaan kita, maka kita tidak dapat mengalahkan
mereka dengan kekuatan kita.”
Oleh karena itu umat Islam dan para pemimpinnya harus berhati-hati
dari jebakan-jebakan cinta dunia dan ambisi kekuasaan. Jauhi segala
harta yang meragukan apalagi yang jelas haramnya. Karena harta yang
syubhat dan meragukan, tidak akan membawa keberkahan dan akan
menimbulkan perpecahan serta fitnah. Kemaksiatan yang dilakukan oleh
individu, keluarga, dan masyarakat akan menimbulkan hilangnya nikmat
yang telah diraih dan akan diraih. Dan melemahkan segala potensi
kekuatan. Waspadalah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar